Dukung Tunanetra Berkarya, ITS Latih Gunakan Mesin Cetak Braille

Konten Media Partner
9 Mei 2019 10:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dok. ITS
zoom-in-whitePerbesar
Dok. ITS
ADVERTISEMENT
Kamu tahu penyanyi Stevie Wonder, kan? Sebagai penyandang tunanetra Stevie mampu membuktikan kalau kebutaan seseorang tidak perlu jadi penghalang untuk bisa berkarya. Bila Stevie bisa, begitu juga dengan penyandang tunanetra lainnya.
ADVERTISEMENT
Semangat terus berkarya inilah yang ingin didukung mahasiswa Fakultas Teknologi Elektro (FTE) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Pada Selasa (7/5) FTE ITS menggelar Workshop on Using Braille Embosser and Text Editor Software for the Blind and Visual Impairment Student di Gedung Departemen Teknik Elektro ITS.
Menurut Dekan FTE ITS, Dr. Tri Arief Sardjono, workshop ini menghadirkan 15 siswa-siswi tunanetra dari dua Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surabaya yaitu SLB Tipe A Yayasan Pendidikan Anak Buta (SLB A YPAB) yang berada di Jalan Tegalsari, Surabaya dan SLB A YPAB yang berada di Jalan Gebang Putih, Surabaya.
Dalam workshop ini anak-anak penyandang tunanetra ini dilatih untuk menulis di komputer kemudian mengonversikan tulisan latin ke dalam huruf braille menggunakan software Mitra Netra Braille Converter (MBC). Selain itu juga, peserta dilatih untuk mengoperasikan printer braille milik ITS dan mencetak langsung tulisan mereka.
Dok. ITS
Dari program ini, ITS mengharapkan peserta jadi termotivasi untuk berkarya dalam bidang literasi atau sejenisnya. Nantinya karya mereka bisa dicetakkan di ITS.
ADVERTISEMENT
“Kita juga akan memberikan kemudahan, bila nantinya peserta ingin mencetak berkasnya di ITS bisa dikirimkan secara online,” kata dosen Teknik Biomedik ini.
Untuk pengoperasian program di komputer, Tri memaparkan bahwa ada software atau perangkat lunak yang bernama JAWS (Job Access with Speech). JAWS merupakan sebuah software untuk membaca layar (screen reader) yang berguna untuk membantu penderita tunanetra dalam menggunakan komputer.
“Jadi nanti ada panduan berupa suara yang menuntun mereka dalam mengoperasikan komputer tersebut dengan menggunakan software JAWS ini. Saat ini kami memiliki dua printer braille yang berada di Laboratorium Departemen Teknik Elektro ITS, nantinya dua mesin ini dapat dimanfaatkan secara penuh oleh siswa-siswi ini dalam mencetak karyanya maupun mencetak dokumen-dokumen pribadi mereka seperti kartu nama, rekening bank dan lain-lain,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sejak 2012, ITS memang mulai mengembangkan printer braille berdasarkan pengembangan dari mesin cetak braille dari Norwegia. Hingga kini ITS sudah bisa memproduksi secara utuh prototipe mesin printer braille sendiri dengan kapasitas cetak 400 karakter per detik.
Tri juga mengatakan, salah satu kendala dalam pembuatan prototipe mesin cetak braille adalah pada harga komponen mesin yang tidak bisa dibilang murah. Dalam membuat satu prototipe mesin cetak braille dapat menghabiskan dana sebesar kurang lebih Rp 500 juta. Dari lima prototipe mesin cetak braille yang sudah berhasil dibuat ITS, tiga di antaranya sudah diberikan ke SLB yang ada di Ambon, Jayapura, dan Pangkal Pinang. Pendanaannya berasal dari program Direktorat Pelayanan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbud sejak tahun 2012.
Foto : Masruroh/Basra
Tri mengatakan, dana sebesar USD 20 ribu yang didapat dari Motorolla Solutions Foundation (SMF) akan digunakan untuk menghasilkan satu prototipe mesin braille yang nantinya akan bisa menambah fasilitas bagi anak-anak penyandang tunanetra tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan, dalam perjuangannya untuk mendapatkan pendanaan dari MSF ini tidaklah mudah. Dirinya bersama tim harus melalui proses seleksi yang cukup panjang dan rumit.
“Ini salah satu langkah ITS untuk bergerak dalam bidang sosial di skala internasional, karena kita tahu dalam proyek skala besar seperti pengembangan mesin cetak braille ini tak bisa hanya mengandalkan dari pendanaan lokal saja,” tuturnya.
Setelah melewati tim reviewer dari Motorolla yang berasal dari salah satu Non-Government Organization (NGO) di AS, hasilnya dari Indonesia hanya ada dua yang berhasil mendapatkan pendanaan dari MSF ini yaitu, ITS dan Yayasan Pintar Pemersatu Bangsa.
“Bila ITS soal pelatihan mesin cetak braille, Yayasan Pintar Pemersatu Bangsa ini merancang program pelatihan untuk mitigasi bencana banjir di Jakarta,'' pungkasnya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT