Epidemiolog: Musim Hujan Bikin Masa Hidup Virus Lebih Panjang

Konten Media Partner
23 Desember 2020 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Virus COVID-19. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Virus COVID-19. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Memasuki bulan Desember intensitas hujan kian tinggi. Di bulan ini pula, kasus COVID-19 melonjak tajam hingga mengakibatkan ICU di sejumlah rumah sakit COVID-19 penuh. Adakah datangnya musim penghujan ini berpengaruh terhadap penularan COVID-19?
ADVERTISEMENT
Pakar epidemiologi asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windhu Purnomo menuturkan kekhawatiran bahwa hujan bisa meningkatkan penularan virus COVID-19 belum terbukti. Hingga saat ini, belum ada informasi mengenai pengaruh cuaca dengan penyebaran COVID-19.
"Belum ada bukti ya cuaca pengaruhi tingginya kasus COVID-19. Virus ini belum setahun ada di Indonesia, jadi belum bisa kita kaitkan pengaruh cuaca termasuk musim hujan terhadap penularan COVID-19," ujar Windhu kepada Basra, Rabu (23/12).
Lebih lanjut Windhu menjelaskan, setidaknya dibutuhkan minimal dua tahun untuk mengetahui pola perkembangan virus COVID-19.
"Setidaknya kita harus melewati dua kali musim kemarau dan dua kali musim penghujan untuk mengetahui apakah cuaca berpengaruh terhadap penularan COVID-19," paparnya.
Meski demikian dia meminta warga tetap mewaspadai sejumlah hal pemicu penyebaran COVID-19 yang cenderung terjadi di musim hujan.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan ada hubungan tidak langsung antara hujan dan potensi penyebaran COVID-19. Saat musim hujan kerap memicu terjadinya banjir. Saat banjir, warga akan berduyun-duyun untuk mengungsi. Aktivitas di pengungsian inilah yang dapat memicu penularan COVID-19.
"Ada kerumunan, belum lagi protokol kesehatan yang tidak diterapkan dengan baik selama di pengungsian. Tentunya ini akan memicu penularan COVID-19," tukasnya.
Lebih lanjut Windhu menjelaskan musim penghujan akan membuat lingkungan menjadi lebih basah. Kondisi ini dapat membuat masa hidup virus COVID-19 lebih panjang.
"Virus ini akan lebih cepat mati jika terkena panas, tapi kalau kondisi lingkungan yang dihinggapi virus basah tentunya dia akan bertahan lebih lama. Karena masa hidupnya lama maka risiko penularan juga jadi lebih panjang," jelasnya lagi.
ADVERTISEMENT
Windhu juga mengatakan penularan COVID-19 terkait erat dengan perilaku manusia. Perilaku-perilaku yang bisa berpotensi menyebabkan penularan virus corona, sudah diatur dalam protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
Kembali melonjaknya kasus COVID-19 saat ini lebih disebabkan karena masyarakat yang sudah kendor akan protokol kesehatan.
"Sudah tidak ada lagi ya pembatasan, ada kerumunan dimana-mana. Belum lagi pemakaian masker yang tak lagi dilakukan dengan baik. Perilaku yang seperti inilah yang sejatinya memicu tingginya kasus COVID-19," pungkasnya.