Ibu Wajib Tahu, Ini Dampak Anak yang Mengalami Anemia Defisiensi Besi

Konten Media Partner
4 Desember 2023 11:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak yang mengalami anemia defisiensi besi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak yang mengalami anemia defisiensi besi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu jenis anemia yang paling umum terjadi. ADB adalah rendahnya kadar hemoglobin akibat kekurangan zat besi di dalam tubuh. Anemia defisiensi besi pada bayi tidak terjadi secara tiba-tiba, namun didahului oleh dua tahapan sebelumnya yaitu deplesi besi (berkurangnya cadangan zat besi, namun kadar hemoglobin masih normal) dan defisiensi besi di mana kadar hemoglobin sudah menurun.
ADVERTISEMENT
"Bayi yang mengalami deplesi besi dan tidak ditangani dengan baik akan mengalami defisiensi besi. Jika kondisi defisiensi besi tidak juga di tangani segera, maka bayi akan mengalami ADB," ujar DR. Dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) – Dokter Spesialis Anak dan Ahli Nutrisi, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Senin (4/12).
Lanny mengungkapkan, anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti suplai zat besi yang rendah. Ini terjadi karena prematuritas, pemberian MPASI yang terlambat, diet vegetarian, hingga adanya gangguan menelan.
Penyebab berikutnya adalah peningkatan kebutuhan zat besi yang dipengaruhi salah satunya oleh berat badan lahir rendah. Kemudian adanya penurunan penyerapan zat besi di saluran cerna, dan adanya perdarahan karena alergi susu sapi, dsb).
ADVERTISEMENT
"Penelitian Ringoringo pada bayi berusia 0 – 12 bulan di Kalimantan Selatan menemukan insidens ADB sebesar 47,4%. Insidens ADB pada penelitian ini cenderung lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu dengan anemia dibandingkan ibu tanpa anemia," jelasnya lagi.
Lanny menuturkan zat besi merupakan salah satu zat gizi penting untuk perkembangan janin, bayi, dan anak, terutama pada perkembangan otak. Adanya defisiensi zat besi bisa mengakibatkan gangguan perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif, khususnya fokus dan daya ingat.
Pada saat di dalam kandungan, bayi mendapatkan asupan zat besi dari ibunya yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi bayi sampai 4 – 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Bayi yang lahir cukup bulan dan mendapat ASI eksklusif tidak memerlukan suplementasi zat besi.
ADVERTISEMENT
"Ketika bayi mencapai usia 4 – 6 bulan, cadangan zat besi mulai habis sedangkan kebutuhan zat besi makin meningkat sehingga menyebabkan bayi lebih rentan untuk mengalami defisiensi besi. Kebutuhan ini harus dipenuhi dari MPASI," tandasnya.