IDI Jatim: Kelelahan, 223 Dokter dan 637 Perawat di Jatim Terpapar COVID-19

Konten Media Partner
31 Agustus 2020 6:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Webinar 'Upaya Penurunan Dampak Resiko COVID-19 pada Nakes' yang diselenggarakan IDI Jatim
zoom-in-whitePerbesar
Webinar 'Upaya Penurunan Dampak Resiko COVID-19 pada Nakes' yang diselenggarakan IDI Jatim
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ratusan tenaga kesehatan (nakes), mulai dokter, perawat, bidan, hingga radiografer di Jawa Timur dilaporkan terkonfirmasi positif COVID-19. Puluhan di antaranya telah dinyatakan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur, dr. Sutrisno, saat ini ada 223 dokter yang terinfeksi COVID-19, 27 diantaranya meninggal dunia. Kemudian terdapat 637 perawat terpapar COVID-19, 18 diantaranya meninggal dunia.
“Selanjutnya tercatat 84 bidan positif COVID-19, 7 diantaranya meninggal dunia. Ada pula 40 tenaga analis kesehatan yang terpapar COVID-19, 18 tenaga rekam medis juga positif, dan 25 radiografer positif COVID-19, 1 diantaranya meninggal dunia," jelasnya dalam webinar bertajuk 'Upaya Penurunan Dampak Resiko COVID-19 pada Nakes' yang diselenggarakan IDI Jatim, (30/8).
Menurutnya, 223 dokter yang terkonfirmasi positif tersebut 80 persennya merupakan dokter umum. Faktor kelelahan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tak sesuai standard menjadi faktor penyebab banyaknya dokter umum yang tumbang karena COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Tenaga diforsir, istirahat kurang, begitu pula saat praktek di luar rumah sakit kadang APD nya masih tidak sesuai standard," tukasnya.
Sementara itu Dr. Meivy Isnoviana, SH, MH, mengungkapkan di masa pandemi sebaiknya dokter mengurangi jam prakteknya dan memperbanyak layanan secara telemedicine. Ini untuk meminimalisir kontak langsung dengan pasien.
"Jam praktek sebaiknya dikurangi, jika di masa sebelum pandemi bisa praktek setiap hari, sekarang dikurangi jadi tiga minggu sekali, misalnya. Berganti dengan layanan telemedicine," ujarnya.
Dokter yang harus praktek mandiri, lanjutnya, harus dapat memproteksi diri semaksimal mungkin. Selain menerapkan protokol kesehatan, penggunaan APD wajib diperhatikan.
"Protokol kesehatan harus ya, mulai dari cek suhu tubuh pasien sebelum masuk ke tempat praktek, hingga dokter memakai APD minimal yang level dua," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Dr. Meivy juga menekankan pentingnya seorang dokter untuk mengukur batas kemampuan tubuhnya. Ini penting agar tak sampai memforsir diri dan berujung pada kelelahan.
"Jangan pernah beranggapan 'Saya masih bisa, masih mampu kok', tubuh kita ada batasannya jangan diforsir," tegasnya.
Istirahat cukup, makanan bergizi, minuman suplemen, hingga berolah raga, menjadi hal yang harus diterapkan dokter agar tak mudah terpapar COVID-19.