Ini Penjelasan RSLI soal CT Value Pasien di Angka 1,8

Konten Media Partner
10 September 2021 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya menemukan kasus baru terkait adanya seorang pasien yang memiliki CT value ekstrim atau angkanya sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Pasien yang merupakan seorang pekerja migran Indonesia (PMI) tersebut memiliki nilai CT value di angka 1,8. Angka ini termasuk sangat rendah dan memiliki potensi penularan cukup tinggi.
Di mana hal tersebut memunculkan banyak pertanyaan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Apakah pasien terpapar varian baru virus Corona, atau alat yang digunakan merupakan teknologi baru?
Menjawab hal itu, Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP) RSLI, dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp.PK, mengatakan, terkait CT Value 1,8, nilai tersebut merupakan hasil positif dari salah satu pasien dengan menggunakan metode lain deteksi COVID-19 bernama alat isolated isothermal-PCR yang pelaporannya dengan rasio (indeks). Cut-off negatifnya <1.15.
Ia mengungkapkan, jika rasio ini berbeda dengan CT Value pelaporan hasil dari alat RT-PCR. CT Value dari RT PCR cut-off negatifnya juga bermacam-macam, tergantung instrumen dan reagen yang digunakan.
ADVERTISEMENT
"Nah dari monitoring PCR kelompok PMI sebelum selesai isolasi di RSLI, beberapa kami dapatkan CT Value memang masih rendah menjelang hari ke-14 perawatan (<25)," kata dr. Fauqa, Jumat (10/9).
Terkait adanya dugaan varian baru Corona, pihaknya menjelaskan, sebagaimana SOP rujukan Whole Genome Sequencing (WGS) Kemenkes, pihakmya masih mengirimkan sampel ke ITD Unair untuk dilakulan penelitian lanjutan.
Sampel tersebut didapatkan dari para pelaku perjalanan internasional atau pekerja migran yang tiba di Indonesia, orang dari daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga, area dimana terjadi peningkatan kasus dan kluster/penularan yang cepat, orang yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin dan atau telah divaksinasi secara lengkap (full dose), orang dengan riwayat infeksi dan infeksi ulang, orang dengan gangguan kekebalan tubuh (autoimmune disorder) dan penyakit komorbid (HIV, TB, dan lainnya).
ADVERTISEMENT
Lalu anak-anak dengan usia <18 tahun pada daerah yang terjadi peningkatan kasus pada anak, dan orang yang berusia <60 tahun (gejalan klinis parah, tidak memiliki penyakit penyerta. Serta kasus positif SARS-CoV-2 yang kontak dengan kasus SARS-CoV-2 Varian of Concern dan Variant of Interest.
"Kami melakukan pengiriman sampel PMI dengan kondisi khusus tersebut ke ITD Kampus C Unair. Karena PMI adalah pelaku perjalanan luar negeri, maka akan diisolasi 14 hari dan dimonitor dengan swab PCR di awal kedatangan. Apabila negatif bisa pulang dan apabila positif akan dirawat hingga 14 hari. Dan apabila tidak adalagi indikasi klinis, symtomatik dan komorbid lainnya, bisa pulang. Sedangkan sampel yang khusus, akan tetap dilanjutkan proses penelitiannya," jelas dokter spesialis patalogi klinis ini.
ADVERTISEMENT
Terkait hasilnya, dr. Fauqa menyebut jika tidak serta-merta bisa diumumkan ke publik karena masing-masing pihak mempunyai kewenangan sendiri-sendiri.
"Terhadap data 879 yang CT Valuenya dibawah 25, tidak kita kirimkan semua sampelnya. Hanya yang Long of Stay-nya panjang (diatas 10 hari) yang kami kirimkan. Sejak Mei 2021, kita total sudah mengirimkan 78 sampel, diantaranya yang sudah keluar 1 varian South of Afrika, 1 varian UK, 9 Varian Delta, beberapa bulan yang lalu. Sedangkan untuk sebulan terakhir ini belum ada hasil yang dikabarkan. Sekarang masih berproses," pungkasnya.