IMG_20220805_164646.jpg

Kisah Dhimas, Rintis Inovasi Agribisnis Noutrino Consorsium yang Ramah Alam

5 Agustus 2022 16:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu teknologi dari Trawas Remen Berdikari adalah mesin penghancur sampah oeganik. Foto-foto: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu teknologi dari Trawas Remen Berdikari adalah mesin penghancur sampah oeganik. Foto-foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Alam telah memberikan banyak kepada manusia, lalu apa yang bisa manusia berikan kepada alam sebagai timbal baliknya? Hal inilah yang menggelitik seorang pemuda kelahiran Yogyakarta, Dhimas Driessen, mendirikan komunitas Trawas Remen Berdikari (TRB) di tahun 2017.
ADVERTISEMENT
"TRB sendiri sebenarnya berawal dari komunitas yang lahir di Yogyakarta pada tahun 1980 bernama Trah Buteq, ini merupakan keluarga keraton yang tidak mau ikut aturan keraton. Berjalannya waktu komunitas ini menjadi komunitas pecinta tanah air dan alam semesta yang bernama Tani Remen Budaya. Dan saya kebetulan salah satu keturunan dari Trah Buteq itu," kisah pemuda kelahiran 1995 ini, kepada Basra, Jumat (5/8).
Trawas yang terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menjadi lokasi pertemuan Dhimas dengan para pecinta alam yang mempunyai visi yang sama, peduli pada alam semesta. Dari kawasan wisata inilah, TRB terbentuk yang kemudian sah di mata hukum pada tanggal 20 Maret 2020.
Berbagai kegiatan sosial sebagai bentuk kepedulian kepada alam dilakukan TRB, mulai dari susur sungai, yakni membersihkan sungai dari sampah, pembagian bibit kepada petani, hingga sekolah tanpa dinding. Untuk kegiatan yang terakhir ini diakui Dhimas masih belum dalam sekup yang luas.
"Sekolah tanpa dinding untuk mengajari anak-anak, tapi jangkauannya masih belum terlalu luas karena masih sekitar anaknya teman-teman kita," ujarnya.
ADVERTISEMENT
TRB mengupgrade legalitas menjadi sebuah perusahaan skala menengah yang aktif dan bergerak dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan yang biasa disebut agribisnis, konsultan lingkungan dalam tata kelola pengolahan limbah non B3 dan pemanfaatannya. Perdagangan, pengadaan barang, penjualan hasil pangan lokal sekaligus menjadi konsultan desa.
TRB membangun pusat studi yang ada Trawas dengan fasilitas sharing place masyarakat mulai dari integrate sustainable system yaitu peternak dan petani bersinergi karena problem limbah ternak seperti kotorannya dapat menjadi solusi dengan mengubahnya menjadi pupuk bagi petani dan limbah pertanian seperti jerami dapat menjadi solusi pakan bagi peternak.
"Dengan teknologi tepat guna yang kami miliki yaitu Noutrino Consorsium, kami dapat membuat kompos dari berbagai macam limbah (Limbah Ternak, Limbah Pabrik, Limbah Non B3) dalam waktu yang cukup cepat," tukas Dhimas.
ADVERTISEMENT
TRB, lanjut Dhimas, fokus dalam membuat serta mengembangkan usaha dalam bidang agribisnis dengan pola kemitraan yang diprogramkan kepada masyarakat berbasis pola tanam sehat, yakni menanam mulai dari pengolahan tanah melengkapi unsur hara sebagai kebutuhan pertumbuhan tanaman sampai dengan merawat tanpa menggunakan bahan kimia dan penyemprotan racun (insektisida) yang akan meninggalkan residu.
"Pola kemitraan kami mulai dari benih, kompos, dan hasil panen akan bermitra dengan petani lokal setempat. Bertujuan dapat meningkatkan hasil panen yang berdampak pada kesejahteraan dan meningkatkan ekonomi masyarakat terutama petani lokal. Bidang peternakan pun tidak ketinggalan juga karena kami dapat membuat pakan alternatif (mandiri) untuk para peternak dengan metode traning of trainer, mulai dari kekebalan imun hewan ternak, pakan dan minum ternak, perawatan hewan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Dhimas, TRB menjadi pendamping desa agar dapat mandiri pangan mulai dari mengoptimalkan hasil pangan lokal, mengubah masalah desa tersebut menjadi potensi.
"Kami juga melakukan usaha di bidang pengolahan limbah pabrik non B3, dengan permasalahan klasik yaitu bau dan tidak termanfaatkan. Kami memakai teknologi tepat guna NOUTRINO CONSORSIUM dan OZONE GENERATOR (O3) dengan teknologi tersebut limbah-limbah pabrik (seperti sluge) dapat kami olah secara cepat, mudah dan murah. Dan hasil olahan dapat termanfaatkan dengan baik berupa pupuk atau pakan ternak," tandasnya.
Tak hanya di wilayah Trawas, TRB juga melebarkan sayapnya di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan kliennya juga berasal dari luar negeri.
"Kami ada klien dari Finlandia yang menggunakan jasa kami untuk mengolah limbah sekam di Klaten. Kami mengambil bahan baku sekam padi dari penggilingan beras, dan memberikan abu sekam yang dihasilkan, kembali kepada petani yang berguna sebagai pupuk,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten