Kisah Dila, Anak Pengidap 'Slow Learner' yang Pandai Bernyanyi

Konten Media Partner
18 Desember 2019 15:00 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Faradila Ayu Nuraini (kiri) dan ibunya Ismi Dalia Andajani. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Faradila Ayu Nuraini (kiri) dan ibunya Ismi Dalia Andajani. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Ismi Dalia Andajani adalah sosok ibu yang tegar dan tak pernah menyerah dengan kondisi 'slow learner' yang dialami putrinya, Faradila Ayu Nuraini (21).
ADVERTISEMENT
Slow learner adalah kondisi potensi intelektual seseorang di bawah anak normal tapi bukan termasuk tunagrahita. Mereka yang masuk kategori slow learner umumnya memerlukan waktu lebih lama untuk memahami sesuatu.
Faradila beruntung karena ibunya gigih untuk menemukan kelebihan dalam dirinya. Saat Faradila sekolah TK, Ismilah yang menyadari potensi menyanyi dalam diri anaknya.
"Karena saya tahu Dila hobi nyanyi maka saya mengarahkan dia ikut kursus vokal. Alhamdulillah, Dila pernah mendapat juara 3 pada lomba menyanyi se-DKI Jakarta," ujar Ismi kepada Basra, Rabu (18/12).
Seni juga menjadi sarana terapi bagi Dila. Bernyanyi juga dapat melatih kemampuan berbicara Dila sehingga membentuk artikulasi dan struktur kata yang tepat.
Selain itu, Ismi juga mengungkapkan melalui seni ia merasakan manfaat lainnya pada Dila, yakni lebih percaya diri di tengah keterbatasan yang dimilikinya.
Ismi bercerita, sejak lahir Dila mengidap cranio sinostisis sehingga perkembangan otak Dila melambat. Daya tangkap Dila pun tak seperti anak seusianya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, seiring dengan pertumbuhan Dila, tumbuh pula ketertarikan Dila pada dunia seni. Sukses di bidang tarik suara, Dila kini juga menyukai puisi.
Uniknya, meski suka menulis puisi, Dila tak begitu suka membaca. "Dia itu enggak suka baca, mungkin karena perkembangan otaknya yang lambat. Tapi kalau nulis dia suka karena dia bisa menumpahkan unek-uneknya. Dengan menulis dia bisa curhat gitu," jelas Ismi.
Banyaknya manfaat seni bagi perkembangan Dila, Ismi pun menyarankan agar seni dikenalkan pada anak sejak dini. Anak-anak, kata Ismi, termasuk yang berkebutuhan khusus pun berhak untuk bahagia dan sukses.
Kini bersama Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (YPABK) Surabaya, Dila kerap menularkan ilmunya untuk memotivasi anak-anak ABK lainnya.
ADVERTISEMENT
"Anak bisa menjadi apa saja asalkan ada kesempatan. Untuk menemukan sisi seni pada anak perlu melibatkan peran orang tua, karena orang tua merupakan sosok terdekat dengan anak," pungkas Ismi.