Kisah Sopir Ambulans RSUD Soetomo, Sehari Bisa Antar 8 Jenazah Pasien COVID-19

Konten Media Partner
4 Juni 2020 5:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kikin Kurnianto, relawan sopir ambulans di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
zoom-in-whitePerbesar
Kikin Kurnianto, relawan sopir ambulans di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya para tenaga medis yang harus berdekatan dengan pasien COVID-19. Pekerjaan seperti sopir ambulans pun juga punya risiko tertular COVID-19. Kikin Kurnianto (37), warga Klampis Surabaya memiliki nyali yang cukup besar saat memutuskan menerima pekerjaan sebagai sopir ambulans pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Terhitung sejak April 2020, pria yang kesehariannya bekerja dalam tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Dr. Soetomo ini diperbantukan sebagai sopir ambulans pasien COVID-19.
Selain mengantar pasien COVID-19 yang masih dalam perawatan, Kikin juga harus membawa jenazah pasien dari virus penyakit yang menyerang saluran pernapasan tersebut.
Perasaan was-was sempat menyelimuti Kikin ketika pertama kali diminta bertugas sebagai sopir ambulans pasien COVID-19.
"Awal ditawari sebenarnya tidak dipaksa, kalau bersedia bisa dilakukan tapi kalau keberatan ya tidak apa-apa. Cuma saya melihat pasien COVID-19 ini setiap harinya makin banyak, sedangkan tenaga sopir ambulans terbatas, jadilah saya terima jadi relawan sopir ambulans. Sempat was-was juga, takut tertular virus," jelas Kikin kepada Basra, Rabu (3/6) malam.
ADVERTISEMENT
Jumlah petugas ambulans yang kurang memadai membulatkan tekad Kikin menjadi pengemudinya. Bahkan keluarga terutama sang istri mendukung keputusannya menerima pekerjaan tersebut.
"Alhamdulillah keluarga mendukung, tetapi mereka selalu mengingatkan saya untuk selalu patuh pada protokol yang telah ditetapkan untuk meminimalisir tertular virus," imbuh ayah dua putri ini.
Saat bertugas, Kikin harus pula rela mondar-mandir mengantar jenazah pasien COVID-19. Hampir setiap jam selalu ada jenazah yang diantar ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) khusus pasien COVID-19, yang terletak di Keputih dan Babat Jerawat. Setiap harinya Kikin bisa mengantar 8 jenazah pasien COVID-19.
Saat mengantar jenazah, Kikin juga tak diperbolehkan ada pendamping. Jadi setiap kali mengantar pasien COVID-19, harus dilakukannya seorang diri.
"Memang harus sendirian mengantarnya, kecuali kalau keluar kota Surabaya, saya ada temannya untuk gantian nyetir," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Berhubungan langsung dengan pasien COVID-19 membuat Kikin memiliki risiko tinggi. Baginya, keamanan merupakan kunci utama dalam menjalankan tugasnya.
Meski telah menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, Kikin terkadang masih merasa takut terhadap virus mematikan ini. Namun, rasa takutnya tidak sebanding dengan semangat kemanusiaan yang dimiliki Kikin.
Memakai APD berlapis juga menjadi pengalaman pertama Kikin selama bekerja di rumah sakit. Meski mengaku merasa tidak nyaman, namun dia menyadari jika itu untuk keselamatan diri.
“Agak canggung dan tidak nyaman, tapi memang tetap harus pakai," imbuhnya.
Upaya lain untuk menjaga keselamatan dirinya adalah dengan benar-benar patuh menjalankan protokol. Misalnya, setiap selesai bertugas, sebelum pulang Kikin menyempatkan mandi di rumah sakit. Sampai di rumah pun, Kikin kembali mandi dan langsung mencuci bajunya terpisah dengan baju lainnya.
ADVERTISEMENT
Kikin menyadari jika pekerjaan yang dijalani cukup beresiko. Namun dia mengaku ikhlas.
"Ini sudah panggilan hati. Insyaallah saya ikhlas. Jadi ladang pahala buat saya," pungkasnya.