Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia di Surabaya Mengajar di Sekolah Rakyat Kejawan

Konten Media Partner
24 Mei 2022 10:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia di Surabaya Mengajar di Sekolah Rakyat Kejawan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kader Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Pimpinan Cabang Surabaya bersama Sekolah Rakyat Kejawan (SRK) menyelenggarakan kegiatan sosial bertema “Harapan untuk anak bangsa”.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang diikuti oleh puluhan anak Sekolah Rakyat Kejawan ini merupakan alternatif pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan, sesi penggalian cita-cita/motivasi, pembagian hasil donasi, pembagian alat-alat tulis.
I Gusti Ngurah Caetanya Deva Suastina, selaku Ketua Pimpinan Cabang KMHDI Surabaya mengatakan, bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian anggota KMHDI terhadap anak-anak pinggiran kota Surabaya.
Menurutnya, anak-anak tersebut juga memiliki hak yang sama dalam memperoleh dan mengenyam pendidikan yang layak dan menyenangkan bagi mereka.
"Kami hadir untuk menyentuh dan berinteraksi dengan merreka untuk memberikan kesempatan bagi adik-adik menikmati riang gembiranya memperoleh pengajaran alternatif dari kakak-kakak mahasiswa," ucapnya, Selasa (24/5).
Dalam kegiatan ini, Teta (sapaan akrab Caetanya) juga mensosialisasikan dan mengamalkan kebhinnekaan Indonesia sebagai aset pemersatu bangsa. Dimana pendidikan harus dijalin dan dikuatkan tanpa memandang SARA (suku, ras, agama dan antar golongan).
ADVERTISEMENT
“Sebagai mahasiswa, selain memenuhi tanggung jawab untuk belajar, kita harus berusaha untuk memberi dampak pada lingkungan sekitar kita. Kegiatan KMHDI Mengajar ini membuka wawasan dan pengalaman baru bagi kawan-kawan, bahwa ada adik-adik kita yang masih kesulitan untuk mengikuti pelajaran serta menikmati pembelajaran dengan ceria," tuturnya.
Sementara itu Sita Pramesthi, selaku pengelola Sekolah Rakyat Kejawan mengaku sangat senang bila ada mahasiswa yang mau untuk berkegiatan di sekolahnya.
Menurutnya, kegiatan ini menajdi semacam oase di padang pasir bagi anak-anak yang sudah lama tidak berinteraksi untuk saling belajar bersama.
“Anak-anak di sini harus diajarkan tentang perbedaan, Bhineka Tunggal Ika sejak dini. Walaupun siswa disini didominasi oleh yang beragama Islam, tapi mahasiswa Hindu juga bisa mengajar di sini dan diterima dengan baik oleh anak-anak,” ucap Sita.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, Sita mengungkapkan kondisi riil dan tantangan yang dihadapi anak-anak pada masa sekarang, utamanya dampak dari pembelajaran daring dua tahun terakhir akibat pandemi COVID-19.
Dimana banyak anak yang mengaku jika pembelajaran daring dirasa sangat sulit dan banyak dari mereka yang tidak paham dengan apa yang diajarkan.
"Mereka sendiri tidak paham materinya. Belum lagi mengenai pendidikan nilai, attitude, norma serta tata krama yang seolah hilang dalam pembelajaran online," ungkapnya.
Tentu saja hal ini menjadi PR besar baik bagi pengelola pendidikan dan juga bagi orang tua pada umumnya serta para stakeholder pendidikan lainnya.
"Bagaimana mencari formula dan metode yang tepat untuk membantu anak generasi sekarang mengejar ketertinggalan, terutama penguasaan materi yang tertinggal jauh, mungkin 2-3 tahun dibandingkan jenjang pendidikannya. Anak-anak butuh pendampingan dan perhatian. Ini PR kita bersama," tutupnya.
ADVERTISEMENT