Makna Perayaan Maulud Nabi Bagi Warga Nelayan Kampung Nambangan Surabaya

Konten Media Partner
29 Oktober 2020 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perayaan Maulud Nabi yang diselenggarakan warga nelayan Kampung Nambangan Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Maulud Nabi yang diselenggarakan warga nelayan Kampung Nambangan Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada hari Kamis (29/10) ini, umat Islam merayakan peringatan Maulid Nabi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad.
ADVERTISEMENT
Untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, ada sejumlah tradisi yang dilakukan di masing-masing daerah termasuk di Surabaya, yang masih eksis hingga kini.
Meski pandemi merebak tak menyurutkan warga Surabaya merayakan Maulid Nabi Muhammad. Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Surabaya dapat dijumpai di Kampung Nambangan, Cumpat Kenjeran. Warga disini menggelar Kirab Maulid yang bermakna wujud syukur atas kelahiran Nabi Muhammad.
Kirab ini diikuti murid dan guru dari sembilan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) serta warga kampung nelayan tersebut. Tak sedikit warga yang melemparkan uang kepada peserta pawai Maulid Nabi saat rumah mereka dilewati rombongan pawai.
Riyadi, dosen pendidikan sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa), mengungkapkan tradisi perayaan Maulid Nabi berangkat dari narasi besar kemurahan hati dan memberi sesuatu untuk kebahagiaan bersama.
ADVERTISEMENT
Dengan tradisi ini, kata Riyadi, sekaligus menunjukkan sikap toleran dan kegembiraan. Apalagi dalam tradisi ini ada parade, karnaval dengan para pesertanya memakai baju daerah dan surban. 

"Tradisi ini sebagai wujud kegembiraan, rasa syukur, penghormatan atas kelahiran Nabi Muhammad. Selain dalam bentuk melafalkan banyak bacaan shalawat, perayaan Maulid ini salah satunya dilakukan dengan kirab tersebut sebagai wujud kegembiraan," kata Riyadi, kepada Basra, Kamis (29/10).
Tradisi perayaan Maulid Nabi masih eksis hingga kini, lanjut Riyadi, tak terlepas dari ideologi Nahdiyin yang memang dianut mayoritas warga Surabaya.
"Ini kental kultur NU-nya, jadi tradisi itu masih eksis hingga sekarang," imbuhnya.
Riyadi menuturkan tradisi memperingati Maulid Nabi itu mengingatkan manusia untuk meninggalkan sifat-sifat buruk atau meminimalkan sehingga menjadi sosok yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
"Memahami Keteladanan Nabi dalam Rangka Memperingati Maulidur Rasulullah Peringatan Maulid Nabi bukan hanya sekadar perayaan. Alangkah baiknya, dengan terlaksananya peringatan Maulid Nabi, kita sebagai umat Rasulullah dapat semakin mengerti dan mengaplikasikan sifat-sifat yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW," pungkasnya.