Mengenal Flurona, Gabungan dari Virus Influenza dan COVID-19

Konten Media Partner
20 Januari 2022 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, isu flurona menjadi perbincangan banyak orang di seluruh dunia. Flurona merupakan koinfeksi (infeksi simultan oleh dua virus) dari virus influenza dan virus sars-cov-2 (COVID-19). Kabarnya, virus ini pertama kali diidentifikasi pada wanita hamil warga Israel yang belum divaksinasi.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D., mengatakan, jika isu tersebut memiliki kesinambungan dengan beberapa gejala yang terjadi akhir-akhir ini.
Maraknya masyarakat yang terpapar virus COVID-19 membuat seluruh warga negara bahkan dunia menjadi lebih waspada. Sehingga, dengan timbulnya infeksi ganda atau koinfeksi dalam tubuh manusia menimbulkan isu yang hangat diperbincangkan.
“Sebenarnya, tidak perlu terbebani dengan isu yang beredar. Semuanya masih penuh dengan perkiraan. Selain itu, gejala COVID-19 dan influenza memiliki kemiripan. Besar kemungkinan bahwa hal tersebut hanya kepanikan masyarakat dalam menanggapi segala kemungkinan,” kata Laura, Kamis (20/1).
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) ini menuturkan, bahwa virus influenza yang terkandung dalam varian baru flurona merupakan salah satu virus yang lazim terjadi pada beberapa manusia, khususnya masyarakat Indonesia.
Pixabay
Hanya saja, untuk beberapa negara yang memiliki empat musim akan merasa 'tidak biasa' ketika terserang influenza.
ADVERTISEMENT
“Dalam hal ini berbeda kasus dengan masyarakat Indonesia, flu sudah menjadi penyakit yang biasa terjadi jika musim hujan tiba. Oleh karenanya, masih belum ada pemeriksaan lebih lanjut terkait dengan flu yang bersamaan dengan COVID-19,” tuturnya.
Menurutnya, perbedaan musim di beberapa negara bisa menjadi salah satu alasan timbulnya koinfeksi tersebut. Hal ini karena flurona memiliki kesamaan dengan COVID-19 dalam penularannya, yaitu melalui droplet ketika orang yang terinfeksi bernapas, berbicara, batuk atau bersin.
Namun perbedaannya, influenza merupakan penyakit yang mampu terjadi melalui penularan udara dan ketika peralihan musim tiba.
Hal tersebut menjadi sorotan dikarenakan jarangnya masyarakat mengidap penyakit influenza (khususnya penduduk dengan negara empat musim pengganti).
"Bahkan di beberapa negara terdapat vaksin khusus untuk penanggulangan penyakit tersebut, guna meminimalisir gejala serupa," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Epidemiologi Unair ini menyebut, bahwa flurona tidak mudah untuk sampai di Indonesia. Dikarenakan virus influenza (flu) memang sudah menjadi penyakit bawaan yang kerap dianggap biasa saja.
"Kalaupun ada, pasti akan dianggapnya COVID-19 saja, atau influenza saja. Karena keduanya memiliki banyak kesamaan yang menimbulkan asumsi seseorang hanya akan terserang salah satunya. Contoh, gejala COVID-19 adalah terdapat flu ringan di dalamnya, lantas bagaimana keduanya bisa dikatakan berbeda," jelasnya.
Laura menambahkan, bahwa perbandingan bahaya dari flurona dan corona sendiri kurang lebih akan sama, tergantung bagaimana individu akan menanggulangi keadaan tersebut.
“Jika ingin menjauhkan Indonesia dari terjadinya isu penyakit flurona, tentu harus menaati perihal apapun yang disampaikan selama pembatasan, misalnya 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan). Selain itu, didalamnya juga harus terdapat pola hidup sehat oleh masing-masing individunya,” tutupnya.
ADVERTISEMENT