Mengenal Kuncarsono, Pencinta Cagar Budaya dan Sejarah di Surabaya

Konten Media Partner
13 November 2019 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kuncarsono Prasetyo. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Kuncarsono Prasetyo. Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Kuncarsono Prasetyo adalah manusia 'langka'. Pria kelahiran Surabaya 1 Maret 1977 ini sangat tertarik dengan sejarah Surabaya dan bangunan cagar budaya. Bahkan saat dirinya masih berprofesi sebagai jurnalis, Kuncar sering menghentikan aksi pembongkaran bangunan cagar budaya melalui berita yang ditulisnya.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak hanya sekadar meliput peristiwa pembongkaran Stasiun Semut (kini bernama Surabaya Kota), tetapi juga belajar tentang restorasi dan advokasi. Saya sampai menjadi bagian dari tim advokasi. Syukurlah, pada 2002 bangunan itu akhirnya gagal dibongkar dan direstorasi,” jelas Kuncar kepada Basra, (11/11).
Pada 2006 Kuncar ternyata kembali memergoki pembongkaran bangunan bersejarah Penjara Kalisosok. Lagi-lagi, setelah Kuncar melakukan investigasi dan mengumpulkan data yang komprehensif, pembongkaran Penjara Kalisosok itu pun akhirnya dihentikan.
Dari peristiwa tersebut, Kuncar mulai berpikir untuk mengedukasi warga soal bangunan cagar budaya dengan pembawaan yang santai dan ringan. Tujuannya, agar anak muda merasa ikut memiliki warisan budaya. Apalagi Kuncar memiliki hobi menggambar sejak kecil.
Di tahun 2008, sembari menjalankan tugas kewartawanan, Kuncar mulai mewujudkan idenya dengan membuat kaus bergambar khas Surabaya tempo dulu, berlabel Sawoong.
Kuncar (kanan) dalam sesi diskusi.
Kuncar cukup serius membesarkan Sawoong. Gambar-gambar yang dibuatnya bukan sekadar hasil imajinasi, tetapi melalui riset mendalam. Ia juga sering berdiskusi dengan ahli sejarah dan budaya, belajar dari para desainer berpengalaman, hingga mengunjungi berbagai tempat lawas di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Hingga di tahun 2010, Kuncar memutuskan mundur sebagai jurnalis dan fokus membesarkan Sawoong. Meski sudah tidak menjadi jurnalis, ia tetap kritis.
Kuncar sendiri mengungkap pembongkaran bekas rumah radio Bung Tomo di Jalan Mawar pada 2016. Ia pun melaporkan kasus pembongkaran tersebut ke Polda Jatim.
Kuncar juga memotori penolakan perubahan nama jalan bersejarah di Surabaya. Tak hanya itu, Kuncar juga sempat memprotes keputusan Pemkot Surabaya yang memugar kawasan Jalan Panggung dengan cat warna-warni.
Selain itu, Kuncar cukup getol menggalang solidaritas dalam sejumlah forum advokasi dengan beberapa kota. Ia lantas menginisiai lahirnya forum Bengandring Soerabaia, kelompok diskusi sejarah dan perkembangan kota.
"Forum ini gabungan dari banyak komunitas, akademisi, dan pemerhati. Kita sering menggelar diskusi, peluncuran buku, kajian sejarah. Semua kegiatan forum ini dilakukan di Lodji," kata Kuncar.
ADVERTISEMENT
Lodji merupakan sebuah rumah cagar budaya seluas 350 m2 yang dibeli Kuncar di tahun 2015. Di tempat ini juga sebagai pusat produksi sekaligus gerai Sawoong.
“Ini rumah cagar budaya, berdiri tahun 1907. Saya membutuhkan waktu untuk konservasi rumah ini untuk mengembalikan bentuk seperti saat rumah itu dibangun," imbuh Kuncar.
Sepak terjang Kuncar tak hanya berhenti di forum Begandring Soerabaia. Di awal 2019, Kuncar menginisiasi Gerakan Surabaya Mbois. Lewat gerakan ini ia ingin lebih mengenalkan sejarah Surabaya, utamanya pada anak-anak muda.
Melalui Gerakan Surabaya Mbois, Kuncar menggelar kegiatan pelesiran bertajuk “Peneleh Explorer” dengan mengajak peserta ke sejumlah situs penting di Kampung Peneleh sambil berjalan kaki. Kegiatan serupa juga dilakukan dengan menyasar Kampung Kapasan. Kegiatan ini bertajuk “Kapasan Ekplorek, Plesiran dan Parade Ngevlog Suroboyo Mbois”.
ADVERTISEMENT
Atas peran aktifnya sebagai pegiat sejarah Kota Surabaya, pada puncak peringatan Hari Pahlawan 10 November 2019, Kuncar mendapatkan penghargaan khusus dari Pemerintah Kota Surabaya. (Reporter : Masruroh)