Menkes Budi Tinjau i-Nose C-19 saat Vaksinasi Tahap Dua di Surabaya

Konten Media Partner
27 Februari 2021 18:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan RI Ir Budi Gunadi Sadikin CHFC CLU meninjau langsung alat deteksi COVID-19 i-Nose C-19 karya guru besar ITS.
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan RI Ir Budi Gunadi Sadikin CHFC CLU meninjau langsung alat deteksi COVID-19 i-Nose C-19 karya guru besar ITS.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Ir Budi Gunadi Sadikin CHFC CLU meninjau langsung alat skrining COVID-19 bernama i-Nose C-19 karya guru besar ITS Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD.
ADVERTISEMENT
Tinjauan tersebut dilakukan saat Menkes Budi melakukan kunjungan di Surabaya dalam kegiatan Vaksinasi Masyarakat Lansia di Hotel Samator Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Ryan mengenalkan cara kerja alat deteksi COVID-19 buatannya dan tim dihadapan Menkes.
Prof Ryan menjelaskan bahwa i-Nose C-19 ini lebih aman dibandingkan alat deteksi COVID-19 lainnya. Pasalnya i-Nose C-19 menggunakan sampel dari bau keringat ketiak (axillary sweat odor) yang tidak berisiko mengandung virus.
“Selain itu, alat (i-Nose C-19) ini nanti juga lebih murah untuk operasionalnya, Rp 10.000 bisa ini,” ungkapnya, Sabtu (27/2).
Ia juga menuturkan, jika i-Nose C-19 saat ini sudah mencapai tahap uji profiling sampel PCR dari sejumlah rumah sakit dengan memberi data-data PCR.
“Semoga dengan banyaknya pihak yang mendukung, i-Nose C-19 ini dapat lebih cepat untuk uji edar,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menuturkan bahwa i-Nose C-19 merupakan salah satu produk inovasi kecerdasan buatan untuk kesehatan.
Bahkan nantinya alat tersebut harus melalui uji yang sudah ditentukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) atau Kementerian Perindustrian. "Nanti begitu ada ijin edar, maka bisa digunakan masyarakat luas,” ucapnya.
Mantan Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MScES PhD ketika divaksin.
Dalam kegiatan tersebut, Ashari mengungkapkan jika ITS mendapat kuota vaksinasi bagi sejumlah lansia yang merupakan pimpinan dan sivitas akademikanya.
Di antaranya adalah para mantan rektor ITS seperti Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA (sekarang Ketua Majelis Wali Amanat ITS) dan Prof Ir Joni Hermana MScES PhD yang sudah terlihat divaksin di hari pertama.
“Ada 36 orang dengan ditambah keluarganya 27 orang, sehingga ada 63 orang dari ITS yang divaksin di acara ini,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Diketahui, untuk vaksinasi tahap kedua ini Menkes menargetkan terdapat 38 juta orang atau 76 juta suntikan di Indonesia akan selesai pada akhir Juni 2021 mendatang.
Dimana vaksinasi tersebut diutamakan bagi para lansia dan pemberi pelayanan publik. Karena orang-orang tersebut memiliki fatality rate yang tinggi, sehingga lebih berisiko terpapar COVID-19.
Dengan jumlah lansia di Indonesia yang mencapai 21 juta orang, Menkes menyatakan perlunya dukungan masyarakat. Menurutnya, vaksinasi ini harus menjadi gerakan dengan merangkum modal sosial rakyat.
“Mudah-mudahan bisa menjadi contoh untuk teman-teman di daerah lain yang memiliki akses agar lansia dapat segera divaksin,” pungkasnya.