Mimpi Pemuda Belanda Membersihkan Sampah di Laut dengan Kapal Tongkang Canggih

Konten Media Partner
2 Maret 2020 8:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
River Interceptor kapal pembersih sungai ciptaan Boyan Slat.
zoom-in-whitePerbesar
River Interceptor kapal pembersih sungai ciptaan Boyan Slat.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 80 persen sampah yang mengapung di lautan berasal dari sungai-sungai di kota besar yang tidak teratasi dengan pintar.
ADVERTISEMENT
Fakta inilah yang disampaikan Boyan Slat, pria asal Belanda yang menjadi pemilik dan pencipta kapal tongkang 'The Ocean Cleanup' dan 'River Interceptor".
Kapal tongkang The Ocean Cleanup bertenaga surya ini mampu menjaring sampah di lautan hingga mencapai 110 ton per hari. Sedangkan kapal ponton River Interceptor bisa menampung sampai hingga 50 ribu - 100 ribu kilogram per hari.
The Ocean Cleanup punya misi untuk membersihkan sampah di zona yang disebut Great Pacific Garbage Patch (GPGP). Di zona laut yang membentang dari Jepang sampai California ini diprediksi telah dipadati 1,8 triliun keping sampah yang mencapai berat 80 ribu ton lebih. Berat tersebut sama dengan berat 500 pesawat jumbo jet.
River Interceptor saat membersihkan sungai di Cengkareng, Jakarta. Dok. The Ocean Cleanup
Triliunan keping sampah di lautan menurut Boyan berasal dari sungai-sungai di seluruh dunia. Sebanyak 1,15 juta - 2,41 juta ton sampah di lautan berasal dari sungai.
ADVERTISEMENT
Karena itu Boyan menciptakan kapal River Interceptor untuk mencegah sampah-sampah di sungai mengalir ke laut. Sekitar bulan Oktober 2019 River Inceptor 001 sudah membersihkan sungai di sekitar Cengkareng, Jakarta. Sejak awal Februari lalu giliran River Interceptor 002 membersihkan Sungai Klang, Malaysia.
Dalam laman resmi The Ocean Cleanup menyebut, Interceptor akan membersihkan seribu sungai paling tercemar di dunia.
Kapal Interceptor 100 persen bertenaga surya dan ramah lingkungan. Di kapal ini terpasang baterai lithium-ion yang memungkinnya untuk terus beroperasi siang dan malam tanpa bunyi bising dan polutan asap.
Dalam mengumpulkan sampah, kapal The Ocean Cleanup dan River Interceptor punya cara unik, yaitu memanfaatkan arus alami sungai dan laut untuk menangkap plastik.
Di kapal Interceptor juga dilengkapi pelampung sebagai barrier untuk menghalangi sampah tercecer kembali. Secara otomatis sampah akan digiring menuju kapal agar bisa masuk ke bak penampungan. Bila semua bak penampung di atas kapal sudah penuh, maka akan datang kapal lain untuk membawa sampah ke darat untuk didaur ulang.
ADVERTISEMENT
Boyan merupakan engineer yang juga seorang ahli konservasi. Sejak usia 16 tahun Boyan berjanji untuk membuat inovasi yang bisa membuat kondisi laut seperti dulu. Lebih banyak ikan dibanding sampah.
Sejak 2011 Boyan terus mencoba untuk membuat mesin yang bisa mendeteksi keberadaan sampah. Akhirnya tepat di umur 18 tahun Boyan mengenalkan The Ocean Cleanup yang akan menjaring sampah-sampah di lautan dengan teknologi ramah lingkungan.
Kapal The Ocean Cleanup beroperasi dengan memanfaatkan arus laut, angin, serta gelombang laut alami. Kapal ini dilengkapi dengan rangkaian pelampung sepanjang 600 meter dan penghalau yang disebut sebagai "deep skirt" sedalam 3 meter ke bawah laut.
Floater atau pelampung yang terpasang di kapal The Ocean Cleanup.
Pelampung yang terpasang mencegah plastik keluar dan tercecer, sedangkan deep skirt mencegah mikroplastik untuk melarikan diri. Boyan menyebut metode ini aman untuk ikan dan makhluk hidup lainnya karena material deep skirt tidak bisa ditembus ikan sehingga kehidupan laut tetap aman lewat di bawahnya.
ADVERTISEMENT
Boyan optimis bisa membersihkan 90 persen sampah di Laut Pasifik pada tahun 2040.