MPASI Terfortifikasi Bisa Mencegah Terjadinya Anemia Defisiensi Besi pada Bayi

Konten Media Partner
4 Desember 2023 11:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi MPASI. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi MPASI. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika bayi mencapai usia 4 – 6 bulan, cadangan zat besi mulai habis sedangkan kebutuhan zat besi makin meningkat sehingga menyebabkan bayi lebih rentan untuk mengalami defisiensi besi. Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu jenis anemia yang paling umum terjadi.
ADVERTISEMENT
DR. Dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) – Dokter Spesialis Anak dan Ahli Nutrisi, menuturkan kebutuhan zat besi pada bayi harus dipenuhi dari MPASI.
"Ibu dapat memberikan MPASI rumahan maupun MPASI fortifikasi komersial. Kelebihan MPASI rumahan adalah rasa yang beraneka-ragam dan biaya yang murah," ujarnya dalam keterangan yang dikutip Basra, Senin (4/12).
"Namun MPASI rumahan memiliki risiko lebih tinggi kontaminasi mikroba selama penyiapan, penyimpanan, dan proses pemberian makan, serta kejadian tersedak jika tekstur makan yang diberikan tidak sesuai usia apabila dibandingkan MPASI fortifikasi kemasan," sambungnya.
Lanny mengungkapkan, di Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) mengawasi dengan ketat produk MPASI komersial termasuk MPASI fortifikasi.
Kandungan nutrisi dalam MPASI fortifikasi tak hanya harus mengikuti peraturan BPOM RI namun juga harus sesuai dengan Codex Alimentarius yang diinisiasi oleh FAO/WHO (Food and Agriculture Organization of the United
ADVERTISEMENT
Nations/World Health Organization), serta diperkaya dengan zat gizi tertentu (besi, yodium, seng, vitamin D, dsb) untuk memastikan asupan zat gizi yang adekuat sehingga anak dapat bertumbuhkembang secara optimal.
"Hambatan yang sering ditemui dalam penggunaan MPASI rumah tangga adalah kesulitan untuk menentukan kandungan nutrisi secara akurat dan daya terima anak yang mempengaruhi jumlah konsumsi karena ukuran lambung anak yang kecil. Kedua hal ini sangat menentukan kecukupan asupan zat gizi anak setiap hari," paparnya.
Penelitian Irawan R, dkk di Indonesia menunjukkan bayi berusia 6 – 24 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengkonsumsi MPASI rumahan mempunyai kadar hemoglobin dan zat besi yang lebih rendah, serta risiko yang lebih tinggi untuk mengalami stunted (perawakan pendek) dan wasted (gizi kurang) dibandingkan bayi yang mengonsumsi MPASI fortifikasi kemasan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penelitian Csölle I, dkk juga menunjukkan bahwa pemberian MPASI fortifikasi pada bayi juga dapat mengurangi risiko anemia.
"Orang tua dapat menggunakan MPASI rumahan dan MPASI fortifikasi untuk mencegah ADB pada bayi. MPASI fortifikasi kemasan dapat menjadi alternatif untuk digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan MPASI rumahan agar memastikan asupan zat gizi makro dan mikro yang adekuat pada bayi," pungkasnya.