Obat Rindu, Galeri di Surabaya Pajang Lukisan Karya Mendiang Supar Pakis

Konten Media Partner
18 Januari 2024 17:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukisan karya Supar Pakis di Galeri Filadelvia. Foto: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan karya Supar Pakis di Galeri Filadelvia. Foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepuluh tahun publik Surabaya kehilangan jejak lukisan karya Supar Pakis. Sejak meninggal pada tahun 2013, karya Supar seperti tinggal kenangan, tidak ada penyelenggara pameran yang menampilkan karyanya. Kerinduan publik pada surealisme Supar serasa terobati dengan ditampilkannya karya maestro lukis asal Surabaya tersebut di Galeri Filadelvia.
ADVERTISEMENT
Sebanyak sepuluh lukisan berukuran jumbo karya Supar Pakis menghiasi ruang pamer lantai bawah di Galeri Filadelvia, Citraland.
"Pameran ini bentuk kerinduan pada Supar. Selama ini sering berlangsung pameran, namun tidak ada yang menampilkan karya Supar,” tutur Freddy Wijaya, pemilik galeri, Kamis (18/1).
Mengamati lukisan karya Supar Pakis serasa diajak membaca proses penjelajahan simbol-simbol untuk menemukan ciri khas kekaryaan. Sebagaimana umumnya perupa selalu terpacu untuk menemukan karakteristik ciptaannya dengan tetap terikat oleh kaidah seni rupa yang menjunjung keindahan.
Supar mampu memenuhi kriteria tersebut. Sekali pandang orang akan teringat akan karyanya. Ingatan itu kadang hadir tanpa diundang, itu pertanda betapa kesan yang memancar dari lukisannya amat kuat.
Pada karya “Golf 7” misalnya, tampak dua sapuan tegak abu-abu menghimpit bidang kehijauan sebagai latar belakang bola golf yang menyita ruang kanvas, di depannya seekor angsa menoleh ke arah bola, dua butir telur tergeletak, di pojok kiri bawah ada potongan pohon pisang layu. Idiom yang disajikan semacam kolase, hadir tanpa keterhubungan satu sama lainnya.
ADVERTISEMENT
Supar Pakis kelahiran kampung Pakis Surabaya, 23 Desember 1964. Di kalangan alumni senirupa IKIP Adi Buana Surabaya yang rerata berprofesi sebagai guru, Supar pun demikian. Di sela kesibukannya mengajar, dia gigih memproses diri sebagai pelukis yang berkiblat pada surealisme.
Namun usianya tidak panjang. Ia meninggal dunia karena sakit di usia 49 tahun pada 2013 silam. Melihat karya besar Supar Pakis inilah, Freddy kemudian menghadirkan karya lukis surealisme itu di galerinya.
Menurut Freddy, sebagai kota metropolitan, keberadaan galeri seni rupa di Surabaya terbilang minim. Dua, tiga galeri pernah dihadirkan namun tak berumur panjang. Freddy yang memindahkan galerinya di Jakarta ke Surabaya menuturkan, kendala mengelola galeri adalah karena putus asa lantaran over estimate, prasangka yang berlebih atas keuntungan yang hendak diraih. Ketika targetnya tidak tercapai kemudian putus asa, galerinya ditutup.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak demikian, beserta anak dan istri merupakan pecinta seni. Apa yang kami gelar di galeri maupun rumah benar-benar dinikmati dan dicintai. Kalau ada yang berminat mengoleksi silakan jika tidak ada saya pun bersyukur karena akan tetap bisa bersama koleksi kesayangan. Tanpa kecintaan segala sesuatu akan putus di tengah jalan,” tandasnya.