Pameran Seni Rupa Kabisat, Cara Pelukis di Surabaya Peringati Tahun Kabisat

Konten Media Partner
27 Februari 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budi Bi bersama lukisannya. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Budi Bi bersama lukisannya. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanggal 29 Februari 2024 jatuh pada hari Kamis. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Kabisat. Tanggal 29 Februari adalah "hari kabisat" dalam kalender Gregorius, yaitu hari ekstra yang ditambahkan pada akhir bulan Februari pada setiap 4 tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Seniman di Surabaya mempunyai cara tersendiri dalam memperingati Hari Kabisat. Yakni menggelar pameran lukisan bertajuk 'Kabisat' di kompleks Balai Pemuda Surabaya.
"Pameran ini sengaja digelar untuk merespons peringatan tahun kabisat ya g jatuh di tahun 2024 ini. Di bulan Februari ini ada tanggal 29 Februari, tanggal yang hanya ada 4 tahun sekali," ungkap Budi Bi, ketua pameran Kabisat, saat ditemui Basra, Selasa (27/2).
Budi melanjutkan, dalam pameran yang diikuti 29 perupa di Surabaya dan luar kota, pihaknya ingin mengingatkan masyarakat untuk bisa lebih menghargai waktu.
"Sengaja membatasi peserta hanya 29 orang juga sebagai simbol tanggal 29 Februari. Di pameran ini tidak hanya ada karya lukis, tapi juga ada karya fotografi hingga karya seni instalasi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Budi menjelaskan, pameran seni rupa Kabisat mengusung Konsep untuk merenungkan makna waktu dan perubahan dalam kehidupan. Melalui karya-karyanya, para seniman mengekspresikan cara mereka menghargai dan beradaptasi dengan setiap momen yang ada, termasuk momen langka seperti tanggal 29 Februari yang hanya muncul setiap empat tahun sekali.
Sebanyak 29 perupa dan pelukis berpartisipasi dalam gelaran seni ini, diantaranya Joprom, Klowor Waidyono, Nanang Widjaya, Emmy Go, Nabila Dewi Gayatri, Ami Tri dan sejumlah nama lainnya termasuk Budi Bi.
Dalam pameran tersebut Budi Bi menampilkan sosok Burung Gagak sebagai objek lukisannya. Melalui lukisan ini Budi ingin mengubah imej masyarakat terkait burung gagak.
"Stigma masyarakat kan sering melabeli burung gagak itu yang negatif ya, misalnya tanda kematian, pokoknya yang serem-serem. Padahal di alam, burung gagak itu merupakan perlambang kesetiaan. Dia hanya memiliki satu pasangan sampai dia meninggal," paparnya.
ADVERTISEMENT
Pameran seni rupa Kabisat ini sekaligus menjadi pameran perdana bersama para pelukis di Surabaya di tahun ini.