Partikel Mikroplastik Ditemukan di Feses 17 Warga Surabaya

Konten Media Partner
4 Maret 2020 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sofi Azilan Aini, Adelina Pratiwi, dan Ulfa Ulinnuha. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sofi Azilan Aini, Adelina Pratiwi, dan Ulfa Ulinnuha. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Plastik tidak pernah bisa jadi makanan manusia. Tapi diakui atau tidak, partikel serat plastik yang berukuran mikroskopis ternyata benar-benar bisa masuk dan tertinggal di dalam tubuh manusia. Setidaknya inilah temuan anggota Komunitas Nowaste (baca : No Waste) baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Tiga peneliti dari Komunitas Nowaste yaitu Sofi Azilan Aini, Adelina Pratiwi, dan Ulfa Ulinnuha, mengumpulkan 17 sampel feses yang mereka dapatkan dari teman kuliah hingga masyarakat yang tinggal di sepanjang kali di Surabaya.
Setelah diteliti, ke-17 sampel tersebut positif mengandung mikroplastik. Dimana dalam masing-masing sampel ditemukan 4 sampai 18 partikel mikroplastik yang berbentuk filamen, fragmen, dan fiber.
Mikroplastik yang terdeteksi di sampel feses.
"Paling banyak itu bentuk fragmen dan filamen. Mikroplastik jenis fragmen ini kebanyakan berasal dari kemasan plastik pada makanan seperti styrofoam, atau plastik pentol biasanya. Sedangkan mikroplastik filamen bersumber dari jaring atau jala nelayan untuk menangkap ikan yang dibuang di laut lalu dimakan ikan," kata Sofi pada Basra, Rabu (4/3).
Sofi menjelaskan, mikroplastik yang berukuran kurang dari 2 mm ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah kapiler dan banyak saluran seperti saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.
ADVERTISEMENT
"Karena mikroplastik ini bisa mengikat gas Co2, atau limbah di udara lainnya, lalu udara tersebut terhirup masuk ke sistem pernafasan. Lalu dari sistem eksresi, dari scrub atau facial wash yang kita gunakan untuk mencuci muka, akhirnya facial wash tersebut masuk ke dalam kulit wajah. Intinya mikroplastik ini berbahaya bagi tubuh manusia walau dalam jangka waktu yang tidak langsung," tambahnya.
Mengutip penelitian dari Departemen Perikanan dan Akuakultur Food and Agriculture Organization (FAO), mikroplastik berdampak buruk pada kesehatan.
Mikroplastik dicurigai bisa mengganggu sistem endokrin atau hormonal dalam tubuh. Selain itu, dalam jangka panjang mikroplastik bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh yang berpotensi menyebabkan stres oksidatif dan perubahan pada DNA.
Dengan adanya penelitian tersebut, Sofi dan kawan-kawan berharap masyarakat bisa mengurangi atau menghentikan penggunaan plastik.
ADVERTISEMENT
"Kan kita juga sudah tau limbah plastik di Indonesia seperti apa, terus dampaknya bagi lingkungan seperti apa. Paling tidak mulailah dari membawa tumbler sendiri, terus kalau belanja juga bawa tas kain, tolak menggunakan sedotan. Dengan begitu kita bisa ikut menyelamatkan bumi," tutupnya.
Komunitas Nowaste dibentuk pada 2018. Anggota dari komunitas ini berasal dari gabungan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Universita Islam Negeri Surabaya (Uinsa), Universitas Hang Tuah (UHT), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Airlangga (Unair), dan masih banyak lagi.
Kegiatan utama dari Komunitas Nowaste di antaranya bersih-bersih pantai, audit sampah, dan kampanye anti plastik.