Perempuan Lebih Mungkin Mengalami Gangguan Kesehatan Mental Dibanding Pria

Konten Media Partner
30 April 2021 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan depresi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan depresi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dibanding pria, perempuan hampir dua kali lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan mental. Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr. Ike Herdiana, M.Psi, yang mengutip data dari Homewood Health United Kingdom, menyebutkan 47 persen perempuan berisiko tinggi mengalami gangguan mental dibanding pria.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut juga terungkap jika 25,7 persen perempuan muda pernah menyakiti diri sendiri dua kali lipat dibanding pria.
Ike lantas mengungkapkan, perempuan seringkali menghadapi banyak faktor pemicu masalah kesehatan mental. Dalam ranah keluarga misalnya, perempuan lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan pria. Begitu pula dengan peran perempuan yang sering mengambil tanggung jawab jika ada keluarga yang mengalami kecacatan atau lanjut usia.
“Kultur masyarakat kita selalu membebankan pengasuhan anak pada perempuan. Termasuk apabila ada keluarga yang mengalami kecacatan atau lanjut usia. Pasti yang merawat ya perempuan dalam keluarga. Padahal pengasuhan itu tugas sangat berat yang seharusnya dilakukan secara seimbang," tukas Ike webinar 'Kartini Masa Kini: Inspirasi Tanpa Henti', Jumat (30/4).
Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr. Ike Herdiana, M.Psi
Dikatakan Ike, perempuan yang memiliki tanggung jawab lebih seperti itu umumnya akan mudah mengalami kecemasan dan depresi.
ADVERTISEMENT
Faktor berikutnya, lanjut Ike, perempuan cenderung hidup dalam kemiskinan dibandingkan dengan pria, karena tidak memiliki pekerjaan yang menghasilkan (uang).
"Faktor lainnya adalah kenyataan bahwa kasus kekerasan maupun pelecehan seksual hampir selalu terjadi pada perempuan dan anak-anak. Perempuan yang mengalami traumatis lebih rentan terkena PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan dampak mental jangka panjang," jelas Ike.
Kondisi tersebut kian diperparah dengan lingkungan yang diskriminatif dan tidak ramah terhadap perempuan.
“Masih banyak stigma di masyarakat terkait perempuan. Misalnya perempuan yang bekerja larut malam atau memakai pakaian berbeda, seringkali menjadi sasaran stigma,” tukasnya.
Situasi lain tidak menguntungkan bagi perempuan, kata Ike, adalah tuntutan lingkungan khususnya beauty standard. Disebutkan Ike, penelitian menunjukkan bahwa hampir 80 persen perempuan pernah mengalami gangguan makan akibat stres maupun keinginan untuk diet. Hal tersebut dapat memicu eating disorder hingga masalah mental lain.
ADVERTISEMENT
Ditegaskan Ike, kesehatan mental sangat penting bagi perempuan karena perempuan yang memiliki mental yang sehat akan mampu menjadi pribadi positif yang memiliki tujuan, optimis, kepercayaan diri, pemikiran positif, serta penghargaan tinggi pada diri sendiri.
"Jadi ketika perempuan merasa tidak sehat mentalnya segera cari bantuan profesional. Mulailah terlibat pada kegiatan support group maupun mencari sumber dukungan dari keluarga dan orang terdekat," jelasnya.
Melakukan kegiatan yang disukai juga disarankan Ike untuk meningkatkan mood positif.