Perjuangan Mbah Imam, Lansia Asal Pasuruan yang Berhaji di Usia 100 Tahun

Konten Media Partner
23 Mei 2024 7:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mbah Imam.
zoom-in-whitePerbesar
Mbah Imam.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Imam Kartam Taselim (100), merasa bersyukur karena tahun 2024 ini mendapat panggilan menjadi tamu Allah SWT ke tanah suci.
ADVERTISEMENT
Mbah Imam, panggilan akrabnya, merupakan jemaah haji tertua di Kabupaten Pasuruan tahun 2024 ini.
Ia menceritakan pertama kali mendaftar haji pada tahun 2018, ketika dia berusia sekitar 94 tahun.
“Sebenarnya keinginan berhaji sudah ada sejak lama. Namun karena keterbatasan keuangan, pada tahun 2018 itu saya baru bisa mendaftar,” tuturnya, saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
Mbah Imam melanjutkan, pada tahun itu ia mendaftar dengan uang tabungan yang ia miliki, akan tetapi itu pun belum mencukupi.
“Alhamdulillah saya dibantu anak saya sehingga bisa mendaftar haji,” imbuhnya.
Sebagai orang tua yang memiliki banyak anak, Imam tentu lebih mengutamakan kebutuhan anak-anaknya.
“Kalau sekarang anak saya yang masih hidup ada empat, yang lain sudah meninggal. Sebagai orang tua, meski pun ingin sekali mendaftar haji. tetapi saat itu anak-anak juga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Mbah Imam menuturkan jika sejatinya ia mendapat panggilan berangkat haji pada 2020.
“Saat itu saya mendapat kuota prioritas lansia sehingga cepat mendapat panggilan haji, namun ternyata tidak jadi berangkat karena ada pandemi COVID-19,” jelasnya.
“Setelah tertunda 4 tahun, Alhamdulillah saya tahun ini bisa berangkat bersama anak saya,” imbuhnya penuh rasa syukur.
Untuk persiapan kondisi fisik menjelang berangkat haji, Mbah Imam mengaku tidak ada persiapan khusus.
“Saya sudah terbiasa berjalan kaki. Setiap hari saya ke sawah, ya meskipun cuma mengawasi saja di sana,” terangnya.
Jarak yang ditempuh Mbah Imam pulang pergi dari rumah ke sawah cukup jauh, yakni sekitar 1,5 km.
“Alhamdulillah saya masih kuat menempuh jarak sejauh itu setiap hari sendiri tanpa dibantu orang lain. Saya juga belum memakai tongkat,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, putra Mbah Imam, Yoyok Wijaksono menjelaskan jika bapaknya tidak memiliki tips khusus untuk memiliki tubuh yang sehat meskipun usianya sudah lebih dari satu abad.
“Bapak itu makannya ya biasa saja. Tahu tempe ya mau. Kalau Idul Adha, makan sate kambing pun masih bisa banyak. Anak-anaknya malah yang khawatir kalau beliau kena darah tinggi. Tetapi waktu diperiksa Alhamdulillah tekanan darahnya normal saja,” tutur sang putra.
Yoyok melanjutkan, Mbah Imam masih sehat di usianya yang sudah lebih dari satu abad ini karena ia rajin beraktivitas.
“Bapak itu setiap hari ada saja kesibukannya. Katanya kalau tidak ngapa-ngapain malah sakit semua badannya. Alhamdulillah kadar gula, kolesterol, dan tekanan darah Bapak sejauh ini semua normal,” terang pria yang berprofesi wiraswasta ini.
ADVERTISEMENT
Tak lupa selama di tanah suci, Mbah Imam akan mendoakan istrinya yang telah mendahului menghadap Ilahi. Mbah Imam pun berharap dia dan keluarganya senantiasa diberikan kesehatan dan kesejahteraan.
Mbah Imam dan sang putra tergabung dengan kloter 31 Embarkasi Surabaya. Saat ini mereka sudah di tanah suci.