Perjuangan Rico, Remaja Tunanetra yang Jualan Nasi Bungkus dari Rumah ke Rumah

Konten Media Partner
21 Oktober 2020 8:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alif Rico Febrian. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Alif Rico Febrian. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengalami kondisi buta sejak lahir tak membuat Alif Rico Febrian meratapi dengan keadaannya. Sebaliknya, Rico yang masih berusia 15 tahun ini sejak lima bulan lalu berani berjualan dari rumah ke rumah menawarkan nasi bungkus buatan neneknya.
ADVERTISEMENT
Saat Basra menemui Rico, anak sulung dari empat bersaudara ini tak tampak sedih ataupun kelelahan. Padahal setiap hari Rico harus keluar masuk gang di Jalan Kedung Klinter, Surabaya, menuju ke daerah Plemahan yang jaraknya sekitar 5 kilometer pergi pulang.
Rico tak mengeluh. Rico hidup bersama kakek, nenek, dan dua adiknya. Orang tua kandung Rico sudah berpisah sejak ia berusia 3 bulan. Dulu kakek Rico bekerja sebagai pengayuh becak dengan penghasilan tak sampai Rp 40 ribu sehari. Tapi pada 2018, kakek Rico kehilangan penglihatan karena glaukoma.
Rico bercerita, awalnya ia berjualan nasi bungkus karena ingin membantu ekonomi keluarga. Ia pun mengambil nasi bungkus dari seorang pedagang. Namun seiring berjalannya waktu, Rico mendapat komplain dari pelanggan. "Waktu itu ada yang bilang, nasi apa ini ikannya (lauk) sedikit. Nggak enak," kata Rico menirukan ucapan pelanggannya.
ADVERTISEMENT
Merasa tak tega dengan sang cucu yang mendapat perlukaan seperti itu, sang nenek akhirnya mengolah makanan sendiri dari pagi hari agar dapat dijual Rico.
"Akhirnya dimasakin nenek waktu itu, ikannya akan banyak. Per bungkusnya Rp 10 ribu. Sehari saya bisa bawa pulang uang sekitar Rp 200 ribu," ungkapnya.
Rico tak pernah khawatir bila ada orang yang tak jujur saat membayar. Rico mengaku tak pernah ada orang yang jahil atau mencoba menipunya.
Bahkan ia mengaku, malah banyak orang yang membantu dengan membeli dagangannya. Bahkan terkadang uang kembalian dari pelanggan diberikan kepadanya.
"Alhamdulillah selama ini orangnya jujur. Kadang uang kembalian diberikan ke saya. Kadang saya juga diberi kue atau minuman," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Tapi kini Rico tak lagi berjualan nasi bungkus. Melainkan bawang putih dan bawang merah di keranjang trolinya. Hal itu dikarenakan nenek Rico mulai membuka warung klontong didekat rumah, berkat donasi dari orang-orang.
Meski sang nenek telah berjualan, tak membuat Rico untuk bermalas-malasan. Ia pun tetap ingin berjualan.
Akhirnya sang nenek membelikannya bawang merah dan bawang putih, yang dijual kemabli dengan kemasan seperempat kilogram. Untuk harga bawang putih dijual Rp 7.500 sedangkan bawang merahnya Rp 9.000.
"Kalau jualan bawang merah sama bawang putih alhamdulillah kadang laku tiga sampai lima bungkus," ucap Rico.
Rico bermain bersama adik keduanya.
Lalu bagaimana Rico menghafal jalan saat berjualan?
Rico berjualan seorang diri tanpa ditemani sang nenek atau adiknya. Rico bahkan tak memakai tongkat saat berjalan. Pelajar kelas VIII SMPLB-A YPAB ini mengaku mengandalkan bunyi-bunyian yang di warung-warung yang ia lewati.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau pulang ke rumah biasanya tandanya ada warung-warung gitu, terus sampai gang satu tinggal belok aja. Kalau nggak gitu, jalannya nanjak. Kadang juga saya tanya orang. Pak ini dimana ya," tutur Rico.
Meski harus berjualan tak membuat Rico meninggalkan pendidikannya. Rico pintar membagi waktu. "Kalau jualan keliling biasanya dari habis subuh sampai jam 7 pagi. Terus balik ke rumah untuk sekolah daring sampai jam 10. Lalu lanjut berjualan lagi jam 12 siang sampai jam 5 sore," jelas Rico.
Rico mendaptakan gadget hasil donasi yang dapat digunakan saat belajar daring.
Remaja yang bercita-cita menjadi seorang penyanyi ini berharap, kelak ia dapat membahagiakan kakek, nenek, dan ketiga adiknya.
"Harapan saya, saya bisa menjadi orang yang lebih baik dan sukses. Karena saya ingin membahagiakan nenek, kakek, dan adik-adik saya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sang nenek Suparmiatun kini membuka warung kelontong di sekitar rumah untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
"Ini (warung kelontong) merupakan hasil donasi dari orang-orang. Karena kalau Rico aja yang kerja kan kasihan juga. Sehari paling tidak ya dapat Rp 50 ribu mbak," ucapnya.
Suparmiatun pun berharap kepada Rico, agar cucunya tersebut kelak menjadi seorang anak yang membanggakan. "Saya selalu bilang ke Rico, jangan tinggalkan sekolah. Kamu harus jadi orang pintar. Biar dapat membantu keluarga," pungkasnya.