Saran Epidemiolog Kendalikan HIV di Indonesia

Konten Media Partner
24 Mei 2023 14:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia mengalami peningkatan di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) yaitu Dr Arief Hargono drg MKes, menyebut, virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia ini bagaikan fenomena gunung es.
“Adanya stigma menyebabkan masyarakat takut untuk memeriksakan status HIV. Hal ini menyebabkan penemuan kasus HIV sangat sulit,” sebutnya, Rabu (24/5).
Untuk mengatasi fenomena ini, Arie menuturkan, perlu ada kerja sama dengan lintas sektor dalam menemukan kasus HIV di masyarakat. Salah satunya adalah kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk bisa melakukan pendampingan dan penemuan bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar HIV.
Selain itu, peran keluarga juga dinilai penting dalam pengendalian kasus HIV. Dalam hal ini, keluarga diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai HIV.
Menurutnya, pemahaman yang dimiliki oleh keluarga dapat menciptakan suasana yang baik bagi penderita HIV. Keluarga akan bisa mengayomi dan memberikan dukungan emosional agar penderita HIV mau berobat serta memeriksakan diri secara teratur.
ADVERTISEMENT
“Kasus HIV memang berpotensi terjadi pada kelompok risiko tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada kelompok risiko rendah. Nah, pengetahuan inilah yang akan menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV," ungkapnya.
Tak hanya keluarga, tenaga kesehatan (nakes) turut berperan aktif dalam proses pengawasan sebagai upaya mengendalikan dan mencegah terjadinya HIV.
Penyediaan layanan konseling terpadu turut menjadi tugas nakes dalam hal ini. Ada berbagai konseling layanan yang sudah berjalan seperti konseling pencegahan HIV dari ibu ke anak, layanan tes dan konseling HIV terintegrasi (PITC), hingga konseling sukarela yang dilakukan masyarakat (VCT).
“Program yang ada seperti diagnostik dan pengujian HIV, serta pengobatan menggunakan ARV sudah ada di pelayanan kesehatan. Bagi penderita diharapkan berkoordinasi dengan layanan kesehatan setempat untuk mendapat layanan ini,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk pemerintah, diharapkan terus mengembangkan kebijakan serta strategi dalam menanggulangi fenomena ini.
Arief mengungkapkan strategi dapat berfokus pada pencegahan, pengobatan, perawatan, hingga dukungan masyarakat terhadap individu penderita HIV.
Lalu, ada program ABCD yang dapat menjadi cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya HIV.
Misalnya saja Abstinence, tidak melakukan hubungan seks sebelum waktunya. Be faithful, jujurlah kepada pasangan masing-masing atas apa yang terjadi. Condom, menggunakan kondom. Drugs No, tidak mengkonsumsi obat-obatan berbahaya.
"Dengan menerapkan hal tersebut secara maksimal serta didukung komunikasi risiko, promosi kesehatan, dan media yang tepat dapat menjadi strategi menurunkan jumlah penderita HIV," pungkasnya.