Saran Psikolog Unair untuk Kelola Rasa Cemas

Konten Media Partner
20 Juli 2021 11:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Setiap hari masyarakat kerap menerima kabar-kabar kurang menyenangkan perihal COVID-19, seperti kematian sejawat maupun kerabat dekat.
ADVERTISEMENT
Kabar tidak menyenangkan yang terus berdatangan itu diikuti pula dengan informasi hoaks yang masif beredar yang justru semakin memperkeruh situasi.
Untuk itu, Tri Kurniati Ambarini, M.Psi., dosen Fakultas Psikolog Unair mengajak masyarakat untuk mampu mengelola stres dan menghadapi kecemasan.
Perempuan yang akrab disapa Rini ini pun membagikan tips untuk seseorang yang mengalami stres dan cemas saat pandemi.
Pertama yakni harus tenang. Kedua, mengalihkan perhatian untuk sementara atau membantu menoleransi kesulitan atau kesusahan.
Rini menyampaikan bahwa setiap orang memiliki kadar kesedihan yang berbeda. “Misalnya teman kita merasa sedih setelah kematian orang yang dicintai. Kita tidak perlu sad block dengan mengucapkan ‘udah engga perlu sedih’, karena artinya mereka (lingkungan) menghargai arti kehilangan. Sama halnya dengan anak kecil yang kehilangan barang kemudian menangis,” ucapnya, Selasa (20/7).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, ia mengatakan agar kita memberikan waktu kepada seseorang yang baru saja kehilangan. Kemudian kita mengajaknya melakukan aktivitas positif yang mereka sukai.
"Karena strategi saat marah, cara yang sehat ialah dengan menenangkan diri sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin disesali," tuturnya.
Lantas, kapan seseorang mesti mendatangi psikolog saat merasa stres?
Menurut Rini, waktu yang tepat yaitu ditandai dengan sedih yang berlarut hingga penurunan fungsi otak yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain datang ke professional, Rini juga merekomendasikan ke tempat lain.
“Jika tidak punya akses ke profesional tidak apa-apa. Pilih saja orang yang dianggap bisa memberikan energi positif. Selain itu bisa juga diarahkan ke hal-hal ibadah,” jelasnya.
Lalu, hal yang bisa dilakukan sebagai orang pemberi energi positif yaitu mendengarkannya. “Dengarkan apa yang mereka rasakan. Ketika orang stres hanya mau didengar. Sebetulnya mereka sudah tau apa yang akan dilakukan. Tetapi mereka butuh validasi atas apa yang akan dilakukannya dan bantu mengeluarkan emosi negatifnya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Terkait pandemi, tak lupa Rini juga mengingatkan masyarakat untuk taat protokol kesehatan dan mengingatkan sekelilingnya.
“Ada yang panic buying, ada yang tidak taat prokes dan lain-lain. Orang-orang punya cara masing-masing dalam menenangkan pandemi. Jangan-jangan, ketika kita mengingatkan makin menambah stressor bagi mereka. Jadi jika masih ada kesempatan ajak diskusi saja. Jika tidak bisa, maka hanya doa sebagai bentuk ikhtiarnya,” pungkasnya.