Semangat Para Lansia Warakawuri di Surabaya Membatik Ecoprint: Capek Tapi Seru

Konten Media Partner
3 Oktober 2023 16:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para lansia warakawuri saat membatik ecoprint. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Para lansia warakawuri saat membatik ecoprint. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teknik membatik di Indonesia terus berkembang, tak hanya sekadar menggunakan canting saja. Saat ini yang tengah naik daun adalah membatik dengan ecoprint. Lebih ramah lingkungan, teknik membatik ini banyak dilirik para pengrajin batik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pelaku UMKM sekaligus pemilik Shantika Fashion, Shanty Octavia Utami, menyebut teknik ecoprint baru dikenalkan di Indonesia mulai tahun 2015.
“Teknik ini populer di Jepang, dan memang lebih ramah lingkungan jadi ini bagus untuk lingkungan kita,” ujarnya saat menjadi mentor para warakawuri di Surabaya membatik ecoprint, Selasa (3/10).
Shanty menambahkan, batik ecoprint menggunakan bahan dasar dedaunan, dan mencetak daun tersebut di atas kain putih.
“Dengan memukul daun di lembaran kain tersebut, ibu-ibu semangat mencetak motif batik,” tuturnya.
Karena terlalu semangat, tidak jarang kain yang digunakan untuk ecoprint sampai berlubang karena dipukul dengan cukup keras. Salah satu yang mengalami adalah Lusia T (76).
"Awalnya kain saya bolong, tapi setelah diajari lebih bener lagi, hasilnya mulai terlihat bagus," ujar Lusi.
ADVERTISEMENT
Hal senada diungkapkan Sadimin (56). Ia mengaku ini pengalaman pertama membuat ecoprint. Menurutnya, teknik ini lebih melelahkan karena harus memukuli daunnya.
"Capek tapi seru sih nanti bisa dilakukan di rumah," tukasnya.
Sementara itu Bella Austin Marketing Communication Manager Artotel TS Suites Surabaya mengatakan, pelatihan batik ecoprint ini digelar dalam rangka membangkitkan ketertarikan masyarakat terhadap batik terutama dengan sistem ecoprint yang lebih mudah untuk dilakukan sendiri di rumah dan lebih ramah lingkungan.
"Kegiatan ini diharapkan ke depannya dapat mengembangkan potensi keterampilan ibu-ibu warakawuri, sekaligus dalam rangkaian peringatan Hari Batik," tutur Bella.