Sembuh dari COVID-19, Masih Ada Pasien Mengalami 'Long COVID', Apa Itu?

Konten Media Partner
4 Desember 2020 14:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Istilah long COVID lebih mengarah kepada fenomena gejala-gejala yang dialami pasien pascainfeksi COVID-19. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Istilah long COVID lebih mengarah kepada fenomena gejala-gejala yang dialami pasien pascainfeksi COVID-19. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung di Indonesia selama 9 bulan, memunculkan fenomena baru, long COVID. dr. Prayudi Tetanto, Sp.P, dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya, mengungkapkan istilah long COVID digunakan untuk menjelaskan kondisi pasien yang menderita gejala lebih dari dua minggu.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa pasien yang terinfeksi COVID-19 dan sudah dinyatakan sembuh atau telah selesai menjalani masa isolasi, tapi masih merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Nah itu yang kita sebut sebagai long COVID," jelas dr. Prayudi kepada Basra, Jumat (4/12).
Jadi, tukas dr. Prayudi, istilah long COVID lebih mengarah kepada fenomena gejala-gejala yang dialami pasien pascainfeksi COVID-19.
Lebih lanjut ia mengungkapkan gejala dari long COVID, yakni mudah lelah, batuk yang masih dirasakan, sesak nafas, gangguan indera penciuman dan indera perasa, pusing, nyeri otot, mual, dan nyeri dada. Bahkan terdapat pula gangguan psikis seperti pasien bersangkutan yang sering merasa bingung tanpa sebab.
"Long COVID ini biasanya terjadi pada pasien dengan keluhan mild symptoms (gejala ringan) dan rata-rata mengalami gejala long COVID lebih dari 3 minggu, bahkan berbulan-bulan setelah gejala awal dialami oleh pasien," paparnya lagi.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, seseorang disebut terkena long COVID diakibatkan oleh lamanya perawatan dan gejala-gejala yang timbul, dari ringan hingga berat. Rasa yang ditimbulkan dapat bertahan lama, tergantung berat dan ringannya suatu penyakit.
"Semakin berat gejala COVID-19, maka akan semakin lama efek yang diderita pasien COVID-19," tegasnya.
dr. Prayudi lantas menuturkan, kriteria pasien COVID-19 sembuh pada dasarnya adalah melalui pemeriksaan PCR dengan hasil negatif. Namun, terkadang pasien yang telah melakukan perawatan COVID-19 yang cukup lama masih dinyatakan positif dari hasil pemeriksaan PCR.
"Hasil PCR positif tersebut kemungkinan terjadi karena masih ada serpihan virus yang terdeteksi PCR, namun kemungkinan dia menularkan virus ke orang lain semakin kecil. Tapi pasien dinyatakan sembuh dari COVID-19 apabila jika hasil PCR nya negatif," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kembali melonjaknya kasus COVID-19 di Surabaya, dr. Prayudi pun berpesan agar masyarakat tak kendor menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker apabila bepergian, sering mencuci tangan, hingga menjaga jarak.
"Mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobati. Jadi tolong jangan kendor protokol kesehatannya. Ini untuk kebaikan kita bersama," pungkasnya.