Sesak Napas Hipoksia yang Fatal untuk Pasien COVID-19, Ini Tandanya

Konten Media Partner
1 September 2021 15:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Sesak napas atau dyspnea, kerap didasarkan pada kondisi kesulitan bernapas. Bahkan akhir-akhir ini, kondisi sesak napas menjadi salah satu gejala yang ditimbulkan oleh COVID-19 dan kerap terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dr Alfian Nur Rosyid, mengatakan bahwa sesak napas secara sederhana dapat dipantau setidaknya dari dua hal, yang kemudian menentukan perkiraan penyebab sesak dan tindakan yang harus dilakukan. Kedua hal itu adalah simtom dan sign.
Simtom adalah keluhan yang sifatnya subjektif yang dirasakan oleh pasien. Sedangkan sign adalah tanda bahwa seseorang tersebut mengalami sesak napas dan bersifat objektif.
“Simtom adalah sesuatu yang dikeluhkan oleh seseorang, apa yang diutarakan oleh pasien kepada dokter atau tenaga kesehatan. Sign adalah tanda dari sesak napas, yang harus diperiksa secara objektif melalui pemeriksaan medis,” kata Dr Alfian, Rabu (1/9).
Simtom
Dokter spesialis paru di RS Unair ini menjelaskan, diagnosa sesak napas secara simtom, berarti perlunya memahami keluhan pasien. Keluhan tersebut sebagaimana yang dirasakan dan dilaporkan oleh pasien.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengungkapkan, jika ada beberapa macam keluhan sesak napas yang disebutkan oleh pasien kepada dokter atau perawat.
Pasien dapat menyebutkan keluhan sesak napas sebagai napas yang berat, napas pendek, dada terasa berat, dada terasa sempit, napas tidak longgar, tersengal-sengal, menggos-menggos dan lain sebagainya.
“Keluhan-keluhan tersebut sejatinya sama dengan sesak napas, namun pasien menggunakan bahasa masing-masing untuk kemudian mengungkapkan secara lisan,” ungkapnya.
Sign
Dijelaskan Dr Alfian, bahwa keluhan sesak napas secara sign dapat dilihat dan ditunjukkan adanya kelainan sign secara objektif.
Salah satu hal yang menarik adalah pada pasien COVID-19 dapat terjadi happy hypoxia, yaitu suatu kondisi pasien tidak mengeluhkan sesak (tanpa symptom) namun sign atau tanda-tanda sesak didapatkan secara nyata pada pasien tersebut.
ADVERTISEMENT
“Bisa jadi pasien tidak mengatakan sesak, tapi dia mengalami hipoksia atau turunnya kadar oksigen di bawah 95%. Itu sudah dapat dikatakan sebagai kondisi sesak napas,” jelas alumni FK Unair ini.
Sign atau tanda dalam sesak napas juga dapat dilihat dari frekuensi pernapasan. “Normalnya seseorang bernapas dengan frekuensi antara 10 sampai 20 kali setiap menit, maka ketika sesak akan mengalami peningkatan,” tambahnya.
Terkait adanya peningkatan dalam frekuensi pernapasan, Dr Alfian menyebut hal itu sebagai takipnea. “Itu (takipnea), adalah bahasa medisnya. Sebagai tanda sesak secara sederhana, takipnea berarti peningkatan frekuensi napas di atas 20 kali per menit," ucapnya.
Tanda lainnya, yakni dapat dilihat dari kecepatan pergerakan dinding dada. “Kita juga bisa melihat tanda sesak napas yang berat dari adanya napas paradoksikal (pernapasan paradoks perut dan dada), retraksi (tarikan otot dinding dada), dan pada bayi didapati pernapasan cuping hidung," ungkap dokter yang pernah menjadi sekretaris Satgas COVID-19 Unair ini.
ADVERTISEMENT
Dr Alfian juga menuturkan terkait tanda objektif lain pada sesak napas yakni penurunan kadar oksigen di dalam darah. Secara sederhana, hal itu (penurunan kadar oksigen) dapat terpantau pada alat saturasi oksigen.
“Pasien yang mengalami sesak napas, akan didapatkan saturasi oksigennya turun di bawah 95%," tuturnya.
Guna menamgani hal itu, apabila seseorang mengalami keluhan sesak napas (symptom), maka disarankan untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat agar dapat dilakukan pemeriksaan fisik (sign) dan dipastikan derajat sesak napasnya.
Pada kondisi sesak napas yang berat, dibutuhkan oksigen tambahan untuk mencapai target saturasi oksigen di atas 95%.
“Pasien yang mengalami sesak napas, disertai peningkatan frekuensi napas diatas 20 kali per menit dan saturasi di bawah 95%, harus segera diberikan suplementasi oksigen,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT