Sudah 75 Anak di Jawa Timur Meninggal karena COVID-19

Konten Media Partner
29 Juni 2021 12:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengajari anak protokol kesehatan, salah satunya rajin membersihkan tangan penting dilakukan. Berdasarkan data Komite Penanganan COVID-19 Nasional dalam Covid19.go.id per tanggal 27 Juni 2021, terdapat 75 anak di Jatim meninggal dunia karena terpapar COVID-19. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Mengajari anak protokol kesehatan, salah satunya rajin membersihkan tangan penting dilakukan. Berdasarkan data Komite Penanganan COVID-19 Nasional dalam Covid19.go.id per tanggal 27 Juni 2021, terdapat 75 anak di Jatim meninggal dunia karena terpapar COVID-19. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Komite Penanganan COVID-19 Nasional dalam Covid19.go.id per tanggal 27 Juni 2021, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Andriyanto, tercatat jumlah kasus terkonfirmasi positif di Jawa Timur sebanyak 165.013 kasus, dengan 14.173 kasus pada anak-anak di bawah usia 18 tahun.
ADVERTISEMENT
"Dari 165.013 kasus positif di Jawa Timur tersebut, terdapat 12.095 jiwa yang meninggal dunia. Dan dari 12.095 jiwa yang meninggal tersebut 75 jiwa anak-anak, 38 anak usia 0-5 tahun, 37 anak usia 6–18 tahun," ujar Andriyanto kepada Basra, Selasa (29/6).
Lebih lanjut Andriyanto menuturkan, kejadian lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Timur banyak terjadi pada klaster keluarga. Dijelaskannya, klaster keluarga adalah penyebaran virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah. Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain.
"Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif, antara lain membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kegiatan berkumpul warga, kata dia, juga menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan. Kemudian, melakukan liburan, piknik atau jalan-jalan ke tempat publik yang ramai. Hal ini juga meningkatkan risiko klaster keluarga bisa terjadi.
"Sebab, anggota keluarga berpotensi membawa virus saat kembali ke lingkungan rumah atau warga," imbuhnya.
Dikatakan Andriyanto, Hari Keluarga Nasional yang diperingati setiap tanggal 29 Juni menjadi momen yang pas untuk menekan terjadinya klaster keluarga. Tahun ini tema peringatan Hari Keluarga Nasional adalah 'Melalui Keluarga Kita Wujudkan Sumber Daya Manusia Unggul Menuju Indonesia Maju'.
"Mari jaga diri kita, anak kita dan keluarga kita dari penyebaran COVID-19 yang berbahaya ini," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Dituturkan Andriyanto, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari klaster keluarga virus corona, di antaranya protokol kesehatan COVID-19 sebaiknya juga dilakukan di dalam rumah, apalagi kalau ada keluarga yang baru beraktivitas di ruang publik. Selanjutnya memastikan sirkulasi udara di dalam rumah berjalan dengan baik, dengan cara sering membuka jendela maupun pintu agar udara bisa bergantian.
"Walaupun sesama anggota keluarga, durasi dalam berinteraksi juga sebaiknya dibatasi termasuk tetap melakukan physical distancing. Menggunakan alat makan yang berbeda dan segera cuci alat makan setelah menggunakannya," jelasnya.
Berikutnya untuk menekan munculnya klaster keluarga, dilakukan dengan cara menerapkan gaya hidup sehat agar tidak mudah terserang virus, termasuk berolahraga dan mengonsumsi makanan serta minuman sehat.
ADVERTISEMENT