Sutrisno, 'Sulap' Sampah Jadi Kostum hingga Raih Kalpataru Surabaya

Konten Media Partner
21 Februari 2019 7:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lusiana Sutrisno menunjukkan rompi dari sampah tas kresek hasil kreasinya. Foto : Masruroh
zoom-in-whitePerbesar
Lusiana Sutrisno menunjukkan rompi dari sampah tas kresek hasil kreasinya. Foto : Masruroh
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian orang, sampah plastik dianggap tak memiliki nilai ekonomis. Tapi di tangan Sutrisno, sampah-sampah plastik bisa dikreasikan menjadi pakaian hingga pernak-pernik penghias rumah.
ADVERTISEMENT
Bersama sang istri, Lusiana, yang juga pernah meraih penghargaan Kalpataru dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya pada 2016, Sutrisno merintis bisnis Tris Flower yang khusus menyewakan serta menjual baju-baju daur ulang dari sampah plastik.
''Biasanya banyak yang sewa atau beli untuk pentas di acara eco school atau acara-acara penghargaan lingkungan lainnya,'' kata pria yang akrab disapa Pak Tris itu saat dijumpai di rumahnya, Kamis (21/2).
Sutrisno mengatakan untuk menyelesaikan baju daur ulang yang terbuat dari sedotan, bungkus deterjen, dan botol air mineral itu hanya dibutuhkan waktu rata-rata satu hingga tiga hari, meski tergantung dari modelnya.
Sampah plastik yang digunakan Sutrisno sebagai bahan dasar pembuatan baju berasal dari lingkungan rumahnya. Namun, kata dia, terkadang harus mendapatkannya dari luar kota Surabaya jika sudah kehabisan bahan.
ADVERTISEMENT
Untuk biaya penyewaan baju yang Sutrisno buat dipatok harga mulai Rp 50 ribu sekali sewa. Sedangkan jika ada orang yang ingin membelinya, dia menjual seharga Rp 300 ribu per potong baju. Tak hanya baju untuk orang dewasa, Tris juga menyediakan baju-baju daur ulang bagi anak-anak.
''Harga sewa atau harga jual baju tergantung dari modelnya, ada yang atasan saja, ada yang pilih model long dress, ada juga yang lengkap dengan aksesorisnya mulai dari rompi, kalung, gelang, mahkota, topi, sampai maskot. Jadi ya tergantung kebutuhan pelanggan,'' ungkap Sutrisno.
Merintis usaha daur ulang sampah plastik sejak 2007, pelanggan Sutrisno tak hanya datang dari Kota Surabaya, tetapi juga kota-kota lainnya bahkan hingga luar Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
''Pemasaran sudah kita lakukan secara online jadi pelanggan datang dari mana saja, hanya saja untuk persewaan baju saya batasi sampai daerah Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) saja karena khawatir tidak balik bajunya,'' kata Sutrisno.
Memiliki keterampilan membuat berbagai barang daur ulang dari sampah plastik tak membuat Sutrisno dan sang istri pelit ilmu. Keduanya kerap memberi pelatihan kepada tamu yang datang berkunjung.
"Kita juga terbuka kalau ada yang mau mengundang untuk memberikan pelatihan. Semakin banyak yang pintar membuat barang-barang daur ulang tentunya akan semakin baik bagi lingkungan,'' pungkas Sutrisno.
(Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)