Tak Ada Lagi Acara Nikahan, Resto Beralih ke Bisnis Katering Rumahan

Konten Media Partner
18 September 2020 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fera Hardiyanti, pemilik Agis Restaurant. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Fera Hardiyanti, pemilik Agis Restaurant. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Sejumlah strategi dijalankan oleh pengusaha restoran di Surabaya guna menghadapi pandemi COVID-19. Fera Hardiyanti misalnya. Pemilik Agis Restaurant ini harus rela melayani katering rumahan agar tetap dapat bertahan di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
"Awal pandemi Maret kemarin memang sempat panik karena adanya sosial distancing. Bisnis resto kita memang sangat terdampak COVID-19. Apalagi kita lebih banyak mengandalkan event seperti wedding yang memang tidak bisa diselenggarakan sama sekali selama pandemi," ujar Fera kepada Basra, Jumat (18/9).
Pengunjung yang terus menurun hingga tak ada reservasi event sama sekali, memaksa Fera menutup restonya di awal bulan April. Meski terpaksa menutup resto, namun Fera terus mencari cara agar tetap bertahan mengingat resto yang dikelolanya sudah berusia 20 tahun. Apalagi jika harus mengingat nasib 60 karyawannya yang telah belasan tahun bekerja.
Hingga terbersit dalam benak Fera untuk melayani pesanan katering rumahan. Meski pundi rupiah yang didapat tak sebanyak selama resto buka, namun Fera tak mempermasalahkannya. Bagi Fera yang terpenting restonya masih bisa bernafas meski harus tersendat-sendat.
ADVERTISEMENT
"Saya buka katering yang melayani pesanan rumahan mengingat adalah adanya pembatasan sosial. Saya panggil kembali karyawan yang sempat dirumahkan meski tidak semua, hanya beberapa saja," jelasnya.
Menginjak bulan Agustus, Fera mulai bisa bernafas lega. Pasalnya, restonya mulai menerima reservasi resepsi pernikahan. Tak terlalu besar memang resepsinya mengingat masih dalam situasi pandemi.
"Biasanya setiap event kita bisa menampung sekitar 1.200 orang, tapi pandemi ini hanya 50 persennya saja. Malah kita batasi maksimal 500 orang. Event juga hanya satu dua saja, tapi saya tetap bersyukur karena masih bisa bertahan di tengah pandemi," tukasnya.
Jika Fera sempat membuka layanan katering rumahan untuk bisa bertahan, strategi berbeda diterapkan pengusaha restoran Ayam Bakar Pak D.
Salah satu inovasi menu dari resto Ayam Bakar Pak D
"Selama pandemi ini kami menawarkan sistem kemitraan atau franchise dengan harga yang terjangkau," kata Presiden Direktur Ayam Bakar Pak D, Erik Marsudi Utomo.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Erik mengungkapkan, biaya yang dipatok untuk dapat menjadi mitra mulai Rp 4,9 juta. Selain harga yang terjangkau, konsep dari penjualan yang ditawarkan juga tergolong simpel dan tak membutuhkan lahan yang luas.
"Kita ada Pak D Express yang sangat cocok untuk menjadi pilihan bermitra karena menggunakan rombong sehingga tidak banyak makan tempat dan tidak berpotensi menimbulkan kerumunan massa," jelas Erik.
Inovasi menu juga dipilih Erik sebagai salah satu strategi bertahan di tengah pandemi. Selain ayam bakar, resto ini juga menawarkan ayam geprek hingga olahan ikan goreng khas Nusantara.