Varian Baru COVID-19 Bisa Reinfeksi Seseorang Meski Sudah Divaksin

Konten Media Partner
11 Juni 2021 14:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, tiga tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Bangkalan meninggal dunia terkonfirmasi positif COVID-19.
ADVERTISEMENT
Bahkan hal ini, membuat RSUD setempat melakukan lockdown untuk beberapa saat karena tingginya kasus COVID-19 yang sedang terjadi dan kurangnya nakes.
Adanya lonjakan kasus yang terjadi di Bangkalan, membuat sejumlah pakar menduga, jika varian baru COVID-19, yaitu varian B117 atau yang kini disebut Alpha dan B1351 atau Beta telah menyebar di daerah tersebut.
Lantas benarkah varian baru itu mampu menginfeksi seseorang meski telah divaksin?
Menjawab hal itu, Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK., menjelaskan, walaupun sudah divaksin, seseorang dapat mengalami proses re-infeksi.
Di mana hal itu timbul karena beberapa sebab. Pertama karena produk antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi masih belum tinggi. Alhasil, tubuh tidak mampu melakukan netralisasi virus yang masuk, sehingga virus menyebar dan menghasilkan penyakit.
ADVERTISEMENT
Kedua, pada orang tertentu, kemungkinan antibodi memang tidak dihasilkan terlalu tinggi. Sehingga yang terjadi virus dapat bertahan dan menimbulkan infeksi.
“Pada beberapa kasus, walaupun sedikit, bisa terjadi re-infeksi pada Varian Alpha. Begitu pula dengan Varian Beta yang dapat menimbulkan re-infeksi juga walaupun tidak tinggi,” jelas Dr. Agung, Jumat (11/6).
Sementara itu, Agung menuturkan, bahwa Hongkong dan beberapa negara Eropa serta Amerika menemukan bahwa ternyata virus yang menginfeksi setelah vaksinasi atau re-infeksi adalah virus yang berbeda varian. Menurutnya, hal itu memungkinkan terjadinya proses re-infeksi.
“Meski sudah divaksin, karena coronavirus-nya beda varian, maka bisa terjadi proses re-infeksi tadi,” tambahnya.
Terkait efikasi vaksin pada varian baru, Agung menyampaikan, secara umum Varian Alpha dapat dinetralisir terhadap hampir semua vaksin. Sedangkan pada Varian Beta, banyak vaksin mengalami proses penurunan efikasi.
ADVERTISEMENT
“Beberapa waktu yang lalu, WHO sudah merilis laporan riset tentang efikasi vaksin dari berbagai vaksin yang ada di dunia. WHO menyebutkan bahwa efikasi vaksin beragam antara satu orang dengan yang lain bagaimana responnya terhadap varian tadi,” tutur Dewan Pakar Satgas Covid-19 IDI JATIM itu.
Meski demikian, Agung mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir tentang efikasi dari vaksin yang diberikan di Indonesia. Sebab, ia menegaskan, Sinovac masih dapat digunakan pada kedua varian tersebut.
Perlu diketahui, secara epidemiologi, virus yang berasal dari Inggris dan Afrika Selatan itu mampu menyebar dengan cepat sehingga meningkatkan insiden serta menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi.
Untuk itu, Agung menyarankan agar pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengantisipasi lonjakan kasus.
ADVERTISEMENT
“Sarana dan prasarana perawatan harus ditingkatkan terutama keberadaan ruang isolasi untuk pasien, baik yang perlu diisolasi sebagai OTG ataupun orang yang mengalami sakit COVID-19 mulai dari ringan hingga berat. Serta tidak lupa menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Itu semua harus dilakukan untuk mencegah proses transmisi virus,” pungkasnya.