Konten Media Partner

10 Tahun, Pengusaha Emping Garut Asal Bojonegoro Kini Petik Hasilnya

26 Januari 2021 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anna Nurhayati (45) perempuan asal Desa Ngasem Kecamatan Ngasem Bojonegoro, pemilik usaha Emping Garut Raflesia dengan produksi emping garut . (foto: Ana/koleksi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Anna Nurhayati (45) perempuan asal Desa Ngasem Kecamatan Ngasem Bojonegoro, pemilik usaha Emping Garut Raflesia dengan produksi emping garut . (foto: Ana/koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bojonegoro - Kesuksesan seseorang tidak ada yang instan, semuanya butuh proses. Hal inilah yang diyakini oleh Ana Nurhayati (45) perempuan asal Desa Ngasem Kecamatan Ngasem Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
Pemilik usaha Emping Garut Raflesia ini sepuluh tahun lalu memulai usahanya dari nol. Untuk mencapai kesuksesan seperti sekarang, dengan omzet puluhan juta per bulan, dia membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun.
Saat ini, penjualan produk emping garut milik Ana tidak hanya di Jawa Timur saja, tetapi sudah merambah ke luar negeri. Bahkan ada perusahaan yang ingin membeli brand Raflesia miliknya, tapi Ana menolaknya.
Dulu Ana melihat tumbuhan Garut tumbuh liar di sekitar rumahnya. Para petani hanya menjual tepung, atau merebusnya saja. Bila sisa, semuanya berakhir menjadi pakan ternak. Saat itu muncul ide Ana untuk mengolah garut menjadi makanan yang lebih awet untuk dikonsumsi, hingga jadilah emping garut.
ADVERTISEMENT
Awalnya, menjual emping garut yang merupakan jenis makanan atau camilan baru ternyata tidaklah mudah. Dengan sepeda pancalnya dia berkeliling di desanya untuk menjajakan emping produksinya. Saat itu, kemasan yang dipakai masih plastik biasa yang direkatkan dengan lilin. Ketika tidak terjual, Ana tetap bersabar dan terus melanjutkan usahanya.
Jalan mulai terbuka, ketika dia bergabung dengan komunitas binaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro. Dia diajari banyak hal tentang mengelola usaha, salah satunya memperbaiki kemasan. Dari pihak pemerintah daerah juga memberikan jalan untuk mempromosikan produknya.
"Ketika kemasan sudah menarik, emping garut milik saya dibawa ke pameran, dan dikenalkan ke pasar modern juga," kata Ana.
Ana tidak bekerja sendiri, sekarang ini dia memiliki empat orang karyawan tetap, dan para tetangga sekitar 25 orang menjadi rekanan atau pemasok emping garut untuknya. Anna selalu mengontrol kualitas dari emping garut yang disetor para tetangganya. Para rekanan ini tidak membuat emping di rumahnya, melainkan di bawa ke rumah masing-masing. Sebab emping yang dihasilkan lebih maksimal.
ADVERTISEMENT
"Siapa saja bisa ikut kerja, namun sebelum itu harus dilatih dulu. Karena kami memiliki SOP sendiri. Setelah bisa, baru mereka boleh membawa pulang pekerjaan mereka," kata Ana.
Anna mengungkapkan bahwa dalam produksi emping, semua bagian umbi garut tidak ada yang terbuang percuma. Bagian umbi yang kecil yang tidak bisa dipipihkan, dijadikan tepung. Sedangkan kulit dan daunnya dijadikan makanan ternak.
Kerja keras dan awal kesusksan Anna mulai nampak ketika dia mendapat penghargaan dari Kopernik sebagai Ibu Inspirasi Jawa Timur 2017. Dia sering diundang untuk memberikan pelatihan pengolahan pangan. Selain itu dia juga pernah diminta untuk memberikan pelatihan pembukuan yang mudah bagi teman-teman pelaku usaha kecil dan menengah.
Ana bahkan tetap memproduksi emping garut selama pandemi COVDI-19. Namun, usaha Anna bukan tanpa kendala. Kendala terbesar terletak dari bahan baku yaitu umbi garut.
ADVERTISEMENT
Sebab menurutnya dalam sekali produksi Ana membutuhkan sebanyak 1,5 ton umbi garut. Sebab tumbuhan ini tidak panen sepanjang tahun, beda dengan singkong. Tanaman ini panen pada puncaknya sekitar bulan Juni sampai September.
Ana memiliki reseler dari luar Bojonegoro yaitu di Kabupaten Madiun dan Ngawi. Mereka menyetor umbi garut, kemudian pulang membawa emping garut yang sudah dalam kemasan untuk dijual di daerahnya.
Penjualan produk emping garutnya tidak hanya di Jawa Timur saja, tetapi sudah merambah ke luar negeri. Bahkan ada perusahaan yang ingin membeli brand Raflesia miliknya, tetapi Ana menolaknya.
"Raflesia ini ibarat riwayat hidup saya, ndak mungkin saya jual. Saya membutuhkan waktu bertahun-tahun agar emping garut ini dikenal oleh masyarakat luas," kata Anna.
ADVERTISEMENT
Emping Garut Raflesia milik Ana kini bisa dinikmati di pasar modern dengan kemasan kecil dan besar, dengan sekitar Rp 10 ribu. (ver/imm)
Reporter: Vera Astanti
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com