Konten Media Partner

Bermula Ditawari Tas Rajut, Ibu di Bojonegoro ini Kini Produksi Aneka Rajutan

8 Februari 2021 20:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yunita Nur Hasanah (45), pemilik usaha rajutan dengan brand Fizata dengan aneka rajutan produksinya. (foto: vera/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Yunita Nur Hasanah (45), pemilik usaha rajutan dengan brand Fizata dengan aneka rajutan produksinya. (foto: vera/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Seorang Ibu rumah tangga asal Perumahan Puri Dander Asri, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro ini kini menuai hasil dari keuletannya berbisnis aneka rajutan.
ADVERTISEMENT
Adalah Yunita Nur Hasanah (45) pemilik usaha rajutan dengan brand Fizata terus berupaya mengembangkan kemampuannya dalam merajut. Hasil karyanya kini bisa ditemukan di Galeri Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro dan sejumlah outlet lainnya.
Ibu dua anak ini mulai belajar merajut sejak kelas enam sekolah dasar (SD). Dia belajar dari ibunya, yang memang suka membuat rajutan untuk dijual.
Yunita Nur Hasanah (45), ibu rumah tangga asal Perumahan Puri Dander Asri, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro saat mengerjakan rajutan. (foto: vera/beritabojonegoro)
Kepada awak media ini Senin (08/02/2021) Yunita menceritakan awal mula dirinya mulai kembali membuat rajutan. Saat itu, ketika dirinya sudah menikah, dia ditawari tas rajut terkenal dari kota lain. Daripada membeli tas tersebut yang menurutnya harganya relatif malah, Yunita berpikir untuk membuatnya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Saya bisa merajut sendiri. Kenapa harus beli tas rajut yang harganya mahal," kata Yunita.
Kemudian Yunita membeli satu gulung benang. Dia rajut menjadi sebuah tas. Saat dia pergi membawa tas tersebut, banyak orang yang bertanya di mana membelinya.
"Alhamdulillah kalo saya pake tas pasti dilirik orang dan sering kali langsung dibeli oleh mereka. Begitu seterusnya," kata Yunita.
Kemudian uang dari penjualan beberapa tas itu dia gunakan untuk membeli peralatan rajut dan benang. Dia sulap gulungan benang itu menjadi dompet, tas, bros dan berbagai rajutan lainnya. Dia mulai menawarkan ke teman-temannya dan wali murid teman anaknya. Beruntungnya produk rajutan Yunita disukai dan dibeli oleh banyak orang. Dia pun mulai kebanjiran pesanan.
ADVERTISEMENT
Tidak berhenti belajar, Yunita terus menambah ilmu melalui internet ataupun kursus berbayar. Hasil karya rajutannya lebih bervariasi seperti baju, taplak meja, dan sarung bantal untuk kursi tamu.
Sebelum pandemi COVID-19, dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp 3 juta. Namun sejak adanya pandemi, penghasilan dari rajutan menurun. Yunita menambah inovasi dengan menjual konektor masker dan masker rajut.
"Untuk konektor masker saya jual mulai harga 10 ribu rupiah. Sedangkan masker mulai harga 25 ribu rupiah." kata Yunita.
Dalam memasarkan produknya, seringkali hasil karyanya ditawar dengan harga tidak wajar, padahal menurutnya harga benangnya saja sudah mahal. Akan tetapi bila ketemu dengan pembeli yang menyukai rajutan, maka mereka akan langsung membeli tanpa menawar.
ADVERTISEMENT
"Mereka tahu kalau handmade itu pengerjaannya butuh waktu lama dan tenaga," kata Yunita.
Yunita meyakini bahwa semua yang dikerjakan dengan tangan dan penuh cinta, maka hasil karyanya akan bagus dan bernilai.
Kini, produk rajutan milik Yunita pun sudah melancong ke luar kota seperti Kabupaten Ngawi, Jombang, Sidoarjo, Kediri, Kota Surabaya, bahkan hingga ke Bandung.
Untuk pembaca yang ingin melihat hasil rajutan Yunita bisa diintip di akun Instagram (IG): Fizata Rajut, atau akun Facebook (FB): Yunita Nurhasanah, dan untuk pemesanan bisa langsung menghubungi nomor telepon (WA): +62 812-1642-8799. (ver/imm)
Reporter: Vera Astanti
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com