Konten Media Partner

Bulan Muharam dan Sejarah Kalender Islam

12 Juli 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi: Masjid (foto: freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Masjid (foto: freepik)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanggal 07 Juli 2024, merupakan hari yang cukup istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, karena hari itu bertepatan dengan tanggal 1 Muharam 1446 Hijriah.
ADVERTISEMENT
Bagi seluruh umat Islam, hari itu merupakan awal tahun baru mereka. Kalau menengok sejarah, kalender Islam ini mulai diberlakukan pada masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu.
Dikisahkan dalam sejarah bahwa seorang sahabat yang bernama Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu, yang merupakan salah satu gubernur yang diangkat oleh Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu, ia mengeluh bahwa surat khalifah yang dikirim kepadanya tidak bisa dibedakan, mana yang awal dan yang terakhir.
Untuk menindaklanjuti keluhan ini, khalifah mengumpulkan para sahabat untuk membahas perihal di atas.
Dalam musyawarah tersebut, disepakati tentang perlunya umat Islam memiliki kalender tersendiri, namun untuk menentukan nama dan mulainya kalender Islam tersebut, pendapat para ulama pada waktu itu cukup beragam.
ADVERTISEMENT
Waktu itu terdapat beberapa masukan dan usulan yang disampaikan. Ada yang berpendapat tahun pertama dihitung dari kelahiran nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Ada yang mengusulkan awal tahun dimulai dari diutusnya Muhammad sebagai nabi, dan masih banyak usulan lainnya.
Namun, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah sebagai patokan permulaan kalender kaum muslimin.
“Ta’rikh (kalender) itu dimulai sejak Nabi meninggalkan tempat musyrik menuju tempat yang penuh dengan keimanan,” usul Shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Usulan ini akhirnya diyakini sebagai waktu yang paling tepat, sehingga disepakati oleh para sahabat yang hadir pada waktu itu.
Kemudian kesepakatan itu ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu sebagai kalender resmi Islam, tepatnya pada Rabu 20 Jumadal Akhirah, 17 tahun setelah hijrahnya Rasul.
ADVERTISEMENT
Walaupun bulan pertama dalam kalender Islam adalah Muharam, tapi Nabi mulai berangkat hijrah terjadi pada malam tanggal 27 Shafar tahun ke-14 kenabian, atau tahun pertama hijrah bertepatan dengan tanggal 13 September 622 Masehi.
Saat itu, Nabi bersembunyi di Gua Thur tiga malam, mulai malam Jumat, Sabtu, dan Ahad. Pada malam Senin, 1 Rabi’ul Awal (16 September 622 M), Nabi pergi menuju Madinah. Sesampai di Quba’ pada hari Senin, 8 Rabi’ul Awal (23 September 622 M), tinggal di Quba’ empat hari, mulai Senin hingga Kamis. Dan Rasulullah masuk ke Madinah pada hari Jum’at, 12 Rabiul Awal (27 September 622 M). (al-Mubarakfury, al-Rahiq al-Makhtum hal: 143-150).
Muharam, ditetapkan sebagai awal tahun Hijriah berdasarkan pandangan mereka bahwa pada bulan Muharam, jemaah haji pulang ke kampung halamannya untuk memulai “hidup baru” sebagai orang yang telah melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam yang kelima.
ADVERTISEMENT
Muharam, nama bulan pertama. Artinya, yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharam sebab pada awalnya bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tersebut berlaku sampai masa awal Islam. Namun larangan berperang pada bulan itu tidak berlaku lagi sejak turun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Makkah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah [2]: 191)
ADVERTISEMENT
Berpuasa di Bulan Muharam pernah di wajibkan.
Para ulama berpendapat bahwa puasa ‘Asyura yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam hukumnya pernah diwajibkan. Baru setelah ada perintah berpuasa di bulan Ramadan, puasa ‘Asyura hukumnya berubah menjadi sunah.
Hal itu sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma:
Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ketika sampai di kota Madinah mendapatkan mereka pada berpuasa sehari, yaitu ‘Asyura’ (puasa pada tanggal sepuluh Muharam). Maka mereka pun pada berkata: “Ini adalah hari yang besar, yaitu hari di mana Allah pada hari itu menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis salam dan menenggelamkan para pengikut Fir’aun, maka nabi Musa ‘alaihis salam berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka beliau bersabda: Saya lebih berhak terhadap Musa daripada mereka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari itu dan memerintahkan (para sahabat) untuk berpuasa juga.” (HR Al-Bukhari)
ADVERTISEMENT
Para ulama juga berpendapat bahwa kita umat Islam disunahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Muharam ini, hal itu sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah adalah bulan Allah Muharam, dan salat yang paling utama setelah (salat) wajib adalah salat malam.” (HR Muslim)
Fadilah Puasa ‘Asyura’
Ada keutamaan yang sangat besar apabila seorang muslim berpuasa ‘Asyura’. Hal itu bisa dipahami dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Dan puasa Asyura’ itu, aku berniat karena Allah, semoga menghapus (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR Muslim)
Menurut pendapat para ulama, bahwa selain pada tanggal 10 Muharam, puasa ini juga disunahkan untuk dilakukan pada tanggal sembilannya. Hal itu sesuai dengan hadis:
ADVERTISEMENT
Menceritakan kepada kami Al-Hasan Ibn Ali Al-Hulwani, menceritakan kepada kami Ibn Abi Maryam, menceritakan kepada kami Yahya Ibn Ayyub, menceritakan kepadaku Ismail Ibn Umayyah, bahwasannya dia mendengar Abu Ghathafan Ibn Tharif Al-Muriyyi berkata: “Saya telah mendengar Abdullah Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura’ dan memerintahkan (para sahabat) untuk berpuasa,” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashara. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila (aku mendapatkan bulan Muharam) di tahun depan -Insha Allah-, maka kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilannya. Beliau (Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma) berkata: Belum sampai tahun depannya, sehingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.” (H.R. Muslim) (bersambung). (red/imm)
ADVERTISEMENT
Penulis: Drs H Sholikhin Jamik SH MH (Ketua KBIH Masyarakat Madani Bojonegoro)
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah di-publish di: https://beritabojonegoro.com