Konten Media Partner

Dampak Musim Kemarau, 481 Ribu Jiwa di Blora Alami Krisis Air Bersih

7 Oktober 2024 12:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi: Bantuan air bersih kepada warga terdampak kekeringan di Kabupaten Blora. (Aset: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Bantuan air bersih kepada warga terdampak kekeringan di Kabupaten Blora. (Aset: Istimewa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Blora – Meski hujan sudah mulai turun, namun bencana kekeringan dan krisis air bersih masih melanda di sejumlah wilayah di Kabupaten Blora.
ADVERTISEMENT
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora mencatat, hingga awal Oktober 2024 ini, jumlah warga terdampak kekeringan mencapai 481.149 jiwa.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Blora Abdul Mukhid mengungkapkan bahwa seluruh wilayah di 16 kecamatan di Kabupaten Blora masih mengalami krisis air bersih.
Kekeringan tersebar di 16 kecamatan, meliputi Blora Kota, Jepon, Jiken, Jati, Randublatung, Ngawen, Tunjungan, Kunduran, Todanan, Cepu, Banjarejo, Bogorejo, Sambong, Japah, Kedungtuban, dan Kradenan.
"Dari 16 kecamatan itu ada 196 desa yang dilaporkan mengalami krisis air. Jumlah tersebut lebih banyak dari pada tahun lalu yang hanya 185 desa," ujar Abdul Mukhid. Senin (07/10/2024).
Abdul Mukhid menambahkan bahwa kekeringan tersebut berdampak pada 481.149 jiwa. Data tersebut diperoleh berdasarkan laporan dari Kasi Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib) di setiap kecamatan.
ADVERTISEMENT
"Data itu kami kumpulkan untuk melakukan upaya dropping air di sejumlah desa atau kelurahan yang terparah. Data yang disetorkan itu akan bertambah dan berkurang setiap waktu sesuai dengan kondisi air di daerah itu," ucapnya.
Abdul Mukhid mengungkapkan bahwa bencana kekeringan ini akan terus terjadi dan BPBD Blora, relawan, dan pegiat kemanusiaan terus melakukan kegiatan dropping air. Kondisi musim hujan dan kemarau ini akan berhenti saat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah menyatakan telah memasuki musim hujan.
"Sampai saat ini belum ada rapat, koordinasi, dan komunikasi terkait kapan berakhirnya musim kemarau. Kami harap masyarakat Blora terus bersabar dan berdoa agar bencana kekeringan itu segera usai," kata Abdul Mukhid.
Salah satu warga Blora, Suntarno mengatakan saat ini masih membutuhkan bantuan air bersih, mengingat hingga kini sumber air yang berada di sumurnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Ya meski sudah turun hujan, namun air belum cukup untuk kebutuhan sehari hari," tuturnya.
Suntarno menyampaikan terima kasih atas bantuan air bersih yang sudah diberikan oleh sejumlah pihak kepada dirinya.
“Terima kasih kasih atas bantuan airnya, ini sudah empat bulan kami mengalami kesulitan air akibat kemarau dan biasanya kami ambil air jaraknya cukup jauh,” kata Suntarno. (teg/imm)
Reporter: Priyo
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah di-publish di: https://beritabojonegoro.com