Konten Media Partner

Gerakan Memanen Air Hujan Diharapkan Jadi Solusi Krisis Air di Bojonegoro

6 Februari 2025 20:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Kepala OPD Pemkab Bojonegoro saat kunjungi Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. (Aset: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Kepala OPD Pemkab Bojonegoro saat kunjungi Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. (Aset: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Bupati Bojonegoro terpilih, Setyo Wahono, terus berinovasi dalam mengatasi krisis air bersih yang telah lama melanda beberapa desa di wilayahnya, salah satunya melalui “Gerakan Memanen Air Hujan” yang dimplementasikan melalui Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH).
ADVERTISEMENT
Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) itu kini menjadi solusi efektif bagi warga Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro yang sebelumnya harus membeli atau mengangkut air untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Gerakan Memanen Air Hujan yang digagas oleh Wahono berawal dari kunjungannya ke Padukuhan Banyumanik, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada September 2024 lalu, saat masih berkontestasi dalam Pilkada Bojonegoro.
Dengan semakin luasnya penerapan IPAH, diharapkan permasalahan krisis air bersih di Bojonegoro dapat diatasi secara lebih sistematis dan berkelanjutan.
Melihat langsung kesulitan warga dalam mengakses air bersih, Wahono berkomitmen mencari solusi yang tepat. Setelah berkonsultasi dengan Pakar Hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Ing Ir Agus Maryono IPM ASEAN Eng, ia menemukan bahwa IPAH dapat menjadi alternatif terbaik bagi daerah yang mengalami kesulitan sumber air bersih.
ADVERTISEMENT
Menindaklanjuti hal tersebut, setelah ditetapkan sebagai Bupati Bojonegoro terpilih, Wahono bersama Wakil Bupati terpilih, Nurul Azizah mengunjungi lokasi best practice IPAH di Padukuhan Banyumanik, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Tak ingin kehilangan momentum, Setyo Wahono segera mengimplementasikan IPAH di beberapa titik di Bojonegoro dengan Dusun Kramanan sebagai proyek percontohan. Sebanyak 30 unit IPAH dipasang di wilayah yang terdampak, didanai secara pribadi oleh Wahono.
Kini, hasil dari upaya tersebut mulai terasa. Warga penerima manfaat tidak lagi harus membeli air atau mengangkut air bersih dari tempat lain. Mereka cukup membuka keran IPAH yang telah terpasang di rumah masing-masing untuk mendapatkan air bersih guna keperluan sehari-hari.
“Sejak IPAH ini dipasang, kami tidak lagi kesulitan air bersih. Dahulu, bahkan di musim penghujan, kami tetap harus ngangsu (menimba) air. Sekarang, cukup dengan memanfaatkan air hujan, kami bisa memasak tanpa harus khawatir kehabisan air,” ujar Nyamin, Kepala Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo. Kamis (06/02/2025).
ADVERTISEMENT
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu warga penerima manfaat IPAH, Edi Harianto bahwa air dari HIPPAM rasanya asin sehingga hanya dapat digunakan untuk mandi dan sanitasi. Sementara untuk masak, dirinya dulu sangat bergantung pada air beli atau air sumur yang jauh dah debitnya sangat terbatas.
“Sekarang saya merasa lebih nyaman menggunakan air dari IPAH ini karena air hujan yang dipanen menggunakan IPAH ini lebih bersih dan layak konsumsi. Kapasitasnya cukup besar, tetapi tetap perlu dihemat karena banyak keperluan,” tutur Edi Harianto.
Keberhasilan inisiatif ini mendapat perhatian serius dari jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Bojonegoro.
Sejumlah pejabat, di antaranya Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (PKPCK) Satito Hadi, Kepala Dinas PU SDA Heri Widodo, Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Laila Nor Aeny, serta perwakilan dari Dinas PMD dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), turun langsung ke Dusun Kramanan untuk melihat praktik baik penerapan IPAH.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan tersebut, Kepala Dinas PU SDA Heri Widodo menegaskan bahwa teknologi IPAH merupakan langkah strategis dalam pengelolaan air, tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga sektor pertanian dan lingkungan.
“Kami terus berupaya memperluas penerapan teknologi ini agar lebih banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya,” ujar Heri Widodo.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Laila Nor Aeny, menambahkan bahwa IPAH juga berperan penting dalam mitigasi bencana kekeringan dan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi.
“Dengan adanya sistem ini, masyarakat dapat lebih siap menghadapi kondisi ekstrem akibat perubahan iklim,” kata Laila Nor Aeny.
Selain sebagai solusi jangka pendek dalam memenuhi kebutuhan air bersih, program ini juga berpotensi menjadi solusi jangka menengah-panjang dengan menginjeksikan air hujan yang dipanen ke dalam tanah. Dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan program ini dapat menciptakan sumber air baru yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagai tindak lanjut, dinas-dinas terkait berkomitmen untuk terus mengawal program ini dan meningkatkan sinergi dalam upaya pengelolaan sumber daya air.
“Ke depan, kami akan mengkaji kemungkinan pengembangan IPAH dengan tambahan teknologi injeksi air limpasan ke dalam lapisan tanah serta memperluas cakupan penerima manfaat,” tutur Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (PKPCK) Satito Hadi.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam Gerakan Memanen Air Hujan demi masa depan yang lebih baik. (red/imm).
Penulis: Tim Redaksi
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah di-publish di: https://beritabojonegoro.com