Kisah 'Manusia Silver' di Tuban, Rela Main Petak Umpet Hindari Razia Aparat

Konten Media Partner
16 Juni 2021 19:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wawan Setiawan (25) saat bergaya di salah satu lampu merah di Kabupaten Tuban. (foto: ayu/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Wawan Setiawan (25) saat bergaya di salah satu lampu merah di Kabupaten Tuban. (foto: ayu/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Tuban - Pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai, selain berdampak pada masalah kesehatan juga berdampak pada sektor ekonomi. Tak jarang masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan sebagian lagi usahanya sepi akibat adanya pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami oleh Wawan Setiawan (25) warga Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini mengaku terpaksa menjadi "manusia silver" karena kehilangan pekerjaannya sebagai kuli bangunan.
Ditemui awak media ini Rabu (16/06/2021), Wawan mengaku sudah sejak 4 bulan lalu mengais rezeki di sudut-sudut persimpangan lampu merah di Kabupaten Tuban.
Seluruh tubuhnya dilumuri cat warna silver atau perak sambil bergaya seperti patung di hadapan para pengendara motor maupun mobil. Dirinya berharap sumbangan seikhlasnya dari para pengendara yang melintas. Namun, tak jarang Wawan harus main petak umpet untuk menghindari razia petugas.
"Kalau ditertibkan Satpol-PP yang jangan ditanya, karena kita juga di jalanan. Tapi kadang kita juga harus main petak umpet untuk menghindari razia," tutur Wawan. Rabu (16/06/2021)
ADVERTISEMENT
Wawan Setiawan (25) dan Dimas (15), saat ditemui awak media ini di salah satu sudut kota Tuban. (foto: ayu/beritabojonegoro)
Dalam aksinya, Wawan bergaya seperti patung di persimpangan lampu merah dan menghampiri pengendara yang berhenti dengan membawa kotak kardus berharap sumbangan seikhlasnya.
"Sebelumnya saya kerja sebagai kuli bangunan diluar kota. Karena pandemi COVID-19 ini pekerjaan kuli bangunan sepi dan saya memutuskan pulang ke Tuban," ucap Wawan
Wawan mengatakan, dia belajar dari temannya yang lebih dulu menekuni pekerjaan manusia silver berasal dari Jogja. Dan sudah 4 bulan menjadi manusia silver di Kabupaten Tuban. Dalam aksinya, Wawan tak sendiri. Ia kerap kali ditemani keponakannya, Dimas (15). Serta sehari, mereka mendapatkan uang sekitar kurang lebih Rp 120.000 dibagi menjadi 2 dan disisihkan sebagian untuk membeli cat.
"Hasilnya kita bagi dua, dan biasanya kita sisihkan 10 ribu untuk membeli cat. Untuk cat sendiri harganya 100 ribu, itu sudah bisa dibuat seminggu," kata Wawan.
ADVERTISEMENT
Selama menjadi manusia "silver", Wawan menyebut belum pernah merasakan efek dari cat yang dilumurkan di seluruh badannya, baik iritasi ataupun gatal-gatal pada kulit. Menurutnya, kalaupun ada efek pada kulit atau kesehatan. Itu sudah menjadi bagian dari resiko pekerjaan yang diambil.
"Kalau iritasi pada kulit sejauh ini belum ada sih, karena saya beli cat ini bukan kayak di YouTube gitu pakai cat sablon, insyaallah aman.
Meski beberapa kali pernah terjaring razia, Wawan tak kapok menjadi manusia "silver". Pekerjaan ini tetap ia lakoni demi menyambung hidup. "Mau gimana lagi. Di rumah ada keluarga yang harus saya hidupi," kata Wawan. (ayu/imm)
Kontributor: Ayu Fadillah
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com
ADVERTISEMENT