Kisah Perajin Gerabah Malo di Bojonegoro Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
6 Maret 2021 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perajin gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. (foto: dan/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Perajin gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. (foto: dan/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini berdampak pada sektor ekonomi masyarakat, salah satunya adalah pengusaha kecil perajin gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. Sejak adanya pandemi tersebut, pendapatan para perajin menurun drastis.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, para perajin gerabah tersebut berupaya untuk tetap bertahan, salah satunya dengan berinovasi menciptakan motif-motif gerabah yang diminati oleh masyarakat saat ini, yaitu motif pot bunga.
Sementara, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tak sedikit para perajin tersebut harus meminjam uang dari koperasi harian atau "bank titil", yang bunganya relatif cukup besar. Karena tidak semua perajin di desa setempat mendapatkan bantuan UMKM, sebesar Rp 2,4 juta dari pemerintah, melalui Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk Usaha Mikro.
Salah satu perajin gerabah asal Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Riyono (60), kepada awak media ini, Sabtu (06/03/2021) mengaku dirinya harus berinovasi dengan menciptakan gerabah motif pot bunga, yang mana saat ini motif gerabah pot bunga paling banyak dicari pembeli karena adanya tren hobi tanaman hias di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Saat ini paling banyak pesanan untuk membuat gerabah pot bunga dengan berbagai ukuran," kata Riyono.
Riyono mengaku, harga gerabah motof pot bunga ia jual mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 15.000, atau tergantung besar kecilnya ukuran gerabah tersebut.
"Saat ini saya membat gerabah susia pesanan. Yang paling banyak selama pandemi ini gerabah pot bung," kata Riyono.
Riyono mengaku, pesanan yang ia terima kebanyakan dai luar daerah, di antaranya dari Jakarta, Yogjakarta, Jember, dan Blitar. Menurutnya para pemesan tersbut datang sambil membawa gambar atau bentuk pot berikut ukuran.
"Mereka yang pesan biasanya datang ke sini sambil membawa gambar yang dimau, jadi kita di sini membuat sesuai yang diinginkan para pemesan." kata Riyono.
ADVERTISEMENT
Riyono menjelaskan bahwa setiap hari dirinya bisa membuat 5 hingga 10 gerabah pot bunga, hanya saja saat ini dirinya terkendala dengan proses pengeringan, karena musim hujan.
"Kendalanya waktu proses pengeringan agak sulit karena cuaca juga lagi musim penghujan sehingga terik matahari agak kurang. Belum lagi waktu proses pembakaran, kita cari kayu kering juga sulit. Namun gimana lagi, ini adalah satu-satunya mata pencaharian warga di sini, tetap saja dijalani." tutur Riyono.
Perajin gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. (foto: dan/beritabojonegoro)
Hal senada juga dialamai Partini (55), perajin gerabah di Desa Rendeng ini mengaku selama pandemi COVID-19 ini pendapatannya menurun drastis. Untuk menyambung hidup sehari-hari, dirinya harus meminjam uang dari koperasi harian atau "bank titil", yang bunganya relatif cukup besar.
ADVERTISEMENT
Menurutnya tidak semua perajin di desanya mendapatkan bantuan UMKM dari pemerintah, melalui Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk Usaha Mikro. Partini mengaku pernah mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa bahan pokok dari pemerintah.
"Pernah dapat bantuan bahan pangan. Tapi kalau bantuan yang 2,4 juta itu tidak dapat. Tidak tahu kenapa tidak dapat," kata Partini.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Rendeng, Kecamatan malo, Muslih ST, mengatakan bahwa di desanya ada sekitar 150 kepala keluarga perajin gerabah. Menurutnya dampak pandemi COVID-19 mengakibatan omzet penjualan gerabah menurun tajam.
"Para perajin di desa kami sangat terdampak dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Omzetnya turun drastis," kata Muslih.
Muslih menambahkan bahwa dengan adanya tren tanaman hiasa belakangan ini sedikit memberikan pendapatan bagi para perajin gerabah, yaitu dengan adanya pesanan gerabah dengan motif pot bunga.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah dengan adanya tren tanam bunga ini para perajin gerabah mendapatkan pesanan pot bunga. Semoga pandemi ini segera berakhir dan wisata edukasi gerabah dapat kembali dibuka, sehingga perekonomian warga masyarakat bisa berputar kembali seperti sedia kala." tutur Muslih.
Ketika ditanya apakah para perajin di Desa Rendeng sudah mendapatkan bantuan UMKM sebesar Rp 2,4 juta dari pemerintah, melalui Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk Usaha Mikro. Muslih mengaku bahwa perajian gerabah di desanya yang mengajukan bantuan tersebut ada 35 orang, akan tetapi tidak semuanya mendapatkan bantuan tersebut.
"Tidak tahu kreterianya apa, yang jelas para perajin sudah mengajukan akan tetapi banyak yang tidak dapat," kata Muslih. (dan/imm)
Reporter: Dan Kuswan SPd
ADVERTISEMENT
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com