Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Masa Depan Pembangunan Lingkungan di Bojonegoro
13 Oktober 2024 16:51 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bojonegoro - Isu pembangunan lingkungan dan adaptasi perubahan iklim santer dibicarakan di Bojonegoro. Pasalnya, Bojonegoro kerap mengalami kekeringan dan suhu tinggi.
ADVERTISEMENT
Dari data yang dihimpun, pantauan alat pengukur suhu di smartphone pada (12/10/2024), suhu udara Bojonegoro tembus 39 derajat celsius, dengan kelembaban 30 persen. Bahkan, terdapat kecamatan yang tembus 40 derajat, khususnya pada siang hari pukul 11.00-15.00 WIB.
Atas dasar itu, Setyo Wahono, Calon Bupati (Cabup) Bojonegoro nomor urut 02 mencanangkan pengembangan teknologi rendah emisi dan perlindungan sumber mata air, yang diharapkan memiliki dampak besar bagi proses meminimalisasi suhu panas yang ada di Bojonegoro.
Ahmad Dhofir, seorang warga Bojonegoro mengatakan, panas Bojonegoro memang soal alam, namun bukan berarti pemerintah lantas tak melakukan apa pun. Dia berharap, ada langkah-langkah penghijauan masif di Bojonegoro. Ini untuk mengurangi suhu panas yang teramat ekstrem di wilayah Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
"Program penghijauan masif justru tidak ada. Yang ada malah program pangkas pohon besar secara masif. Ini tentu kurang tepat," kata Ahmad Dhofir.
Terpisah, Ketua DPC Partai Demokrat Bojonegoro, Sukur Priyanto mengatakan, pembangunan kota sudah tidak waktunya berporos pada pembangunan fisik. Menurut dia, pembangunan lingkungan sebagai dampak perubahan iklim, juga harus diperhatikan. Ini penting karena berhubungan dengan sumber daya alam (SDA).
"Seperti kita ketahui bersama, sebagai penghasil Migas, Bojonegoro termasuk daerah yang mengalami peningkatan suhu cukup signifikan," kata Sukur. Minggu (13/10/2024).
Sukur menjelaskan, pembangunan lingkungan berbasis kenyamanan dan kesejukan memang harus diprioritaskan. Ia mengatakan, konsep pembangunan semacam ini, yang dilupakan dari pemerintahan Bojonegoro sebelumnya. Karena itu, paradigma pembangunan harus diubah.
Dia menambahkan, Bojonegoro tiap tahun menerima bagi hasil minyak sebesar Rp 2 sampai Rp 3 triliun. Itu jumlah yang sangat besar. Namun, suasana hidup di Bojonegoro tidak nyaman. Panas dan berdebu. Ini karena selama ini, pembangunan hanya berfokus pada fisik.
ADVERTISEMENT
“Padahal, harusnya mempertimbangkan lingkungan dan kenyamanan.” tutur Sukur Priyanto.
Senada dengan itu, Setyo Wahono dalam program unggulannya mencanangkan pelestarian dan perlindungan sumber-sumber mata air.
Perihal yang dianggap sederhana ini menurutnya memiliki dampak besar bagi proses meminimalisasi suhu panas yang ada di Bojonegoro.
“Setidaknya, peningkatan ruang terbuka hijau harus dibarengi dengan perlindungan sumber mata air.” tutur Setyo Wahono.
Setyo Wahono juga menyiapkan program pengelolaan sampah berbasis komunitas. Program ini penting sebagai antisipasi perubahan iklim ekstrem. Pengelolaan sampah, menurut Wahono, tak boleh dikelola secara sukarela. Untuk memaksimalkannya, harus menerapkan insentif berbasis kinerja.
"Pengelolaan sampah yang diberi insentif, tentu dampaknya berbeda jika dibanding yang sukarela," kata adik dari Mensesneg Pratikno itu.
Selain penghijauan secara masif, perlindungan sumber mata air dan pengelolaan sampah komunitas berbasis insentif kerja, calon bupati yang berpasangan dengan Nurul Azizah itu juga mencanangkan program Pengembangan Ekonomi Rendah Emisi.
ADVERTISEMENT
Dengan suhu yang cukup panas, Bojonegoro ke depan sudah harus menyiapkan konsep ekonomi rendah emisi. Hal ini dinilai penting karena pembangunan dan peningkatan ekonomi yang tak mempertimbangkan kondisi lingkungan, bakal menambah permasalahan baru. (red/imm)
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah di-publish di: https://beritabojonegoro.com