Memelihara Takwa Pasca-Ramadhan

Konten Media Partner
21 Mei 2021 8:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berdoa (foto pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berdoa (foto pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SETIAP kali Ramadhan berlalu selalu muncul sejumlah pertanyaan, sejauh mana ketakwaan kita meningkat? Sudahkah kita mendapat derajat takwa sebagaimana dijanjikan Allah bagi mereka yang telah berhasil melalui perjuangan selama Ramadhan? Atau sebaliknya, kita hanya menjadi peserta berbagai ritual ibadah selama Ramadhan, yang kemudian meninggalkan bulan suci itu tanpa prestasi apapun?
ADVERTISEMENT
Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Yang bertakwa kepada Allah itu bukan seseorang yang hanya melakukan shaum di siang hari dan menegakkan qiyamul lail di malam hari serta rajin melakukan amal ibadah diantara dua waktu tersebut, melainkan (orang yang takwa itu) yang meninggalkan apa yang diharamkan Allah dan melaksanakan apa yang telah diwajibkan oleh Allah.”
Artinya, kualitas ketakwaan seseorang pasca-Ramadhan tidak hanya diukur dari keberhasilannya menjalankan rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan, tetapi lebih dari itu juga tampak dari komitmennya menjaga ketakwaan dengan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Ilustrasi berdoa (foto Getty Images)
Bagi seorang muslim, takwa memang pangkal dari amal perbuatan, sebagaimana hadits dari Abu Aa’id Al Khudri, Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat.” Maka Nabi SAW menjawab: “Aku menasehati engkau agar bertakwa kepada Allah, karena takwa itu adalah pangkal segala sesuatu.” (HR Ahmad dari Abu Sa’id al Khudri).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian jelas bahwa kualitas ketakwaan seseorang akan menjadi dasar perilaku dan tindakan seseorang. Semakin tinggi kualitas ketakwaan seseorang akan mendekatkan diri pada kesungguhan untuk selalu berjalan di jalan Allah.
Banyak ayat al Quran yang memperjelas mengenai hakekat takwa dengan menampilkan sifat-sifat orang yang takwa, antara lain, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji (dosa besar) atau menganiaya diri sendiri (dosa kecil), mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran: 133-135).
ADVERTISEMENT
Bersyukurlah mereka yang selalu mampu menjaga ketakwaannya. Allah akan menjadikannya sebagai hamba yang istimewa, dan selalu memberi perlindungan dan jalan keluar dari semua permasalahan.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS ath Thalaq: 2-3).
Menanggapi ayat ini, Ali bin Abi Thalhah berkata bahwa ayat ini mampu menolak dan memecahkan setiap kesulitan di dunia dan akhirat.
Jaminan Allah untuk menjaga hamba-Nya yang bertakwa dari semua permasalahan hidup yang menimpa dengan memberi jalan keluar terbaik, seharusnya menjadi pendorong semangat bagi siapapun untuk selalu berjuang mengokohkan dan meningkatkan kualitas ketakwaan.
Sungguh tidak ada nikmat lain dalam kehidupan ini selain menjadi hamba yang dicintai Allah, dan selalu dalam perlindungan-Nya. (*/imm)
ADVERTISEMENT
Penulis: Drs H Sholikhin Jamik SH MH [Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Masyarakat Madani Bojonegoro]
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com