Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten Media Partner
Suka Membaca Bersama Nanang Fahrudin
11 Maret 2018 21:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
Oleh Muhammad Roqib
Bojonegoro – Nanang Fahrudin, penulis buku dan editor, berbagi pengalaman membaca dan menulis buku dalam kajian kampung ilmu bertema”Mengapa saya suka membaca buku” di Rumah Belajar YKIB di Dusun Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, Bojonegoro, Minggu (11/03/2018).
ADVERTISEMENT
Nanang, sapaannya, berbagi cerita bagaimana ia menyukai dan mengakrabi buku. Sewaktu kecil, kata dia, satu-satunya bahan bacaan yang ia punya adalah majalah Bobo. Maklum, Nanang tinggal di desa yakni Desa Bungur, Kecamatan Kanor, Bojonegoro. Buku bagus sulit sekali didapatkan di daerah apalagi di pedesan.
“Ya itu majalah Bobo itu saya baca sampai berulang-ulang. Ya karena tidak ada buku atau bacaan lainnya,” ceritanya.
Menginjak kuliah, ia semakin tertarik menggeluti buku. Ia pun rajin menulis. Bahkan, ia bisa membiayai kuliah dengan cara menulis lalu dikirimkan ke majalah kampus. Setiap kali tulisannya dimuat ia mendapatkan honor.
Kecintaannya terhadap buku terus bertambah. Saat bekerja sebagai jurnalis di Bojonegoro ia bersama teman-temannya mendirikan komunitas Sindikat Baca dan menerbitkan buletin Baca. Komunitas itu lalu berubah menjadi komunitas Atas Angin. Ia pun gigih menulis dan menerbitkan buku hingga saat ini. Buku yang telah diterbitkan di antaranya Buku yang Membaca Buku, Lampu Merah Cap Indonesia, Langgar Bercahaya, Membaca Jonegoro, Kitab Bahagia.
ADVERTISEMENT
Nanang kini bekerja di Yogyakarta sebagai editor di media berbasis internet. Gairah mengakrabi dan menggeluti buku semakin bertambah lantaran di Kota Gudeg ini geliat dunia buku dan intelektual begitu deras. Ia bercerita bagaimana mudahnya mendapatkan buku dan toko buku di kota ini.
“Kalau di Bojonegoro kita mau mendapatkan buku bagus itu menunggu waktu yang lama dan terkadang sulit. Buku baru yang terbit di Yogyakarta baru kita dapatkan di toko buku di Bojonegoro sebulan kemudian, ya akhirnya pemikiran dan lainnya tentu lebih cepat di kota besar seperti di Yogyakarta atau Jakarta,” ujarnya.
Suasanya diskusi itu berjalan gayeng. Peserta diskusi yakni para siswa, guru, dan orang tua siswa tampak asyik mengikuti jalannya diskusi bersama Nanang. Para orang tua banyak bertanya tentang bagaimana caranya agar anak-anaknya menyukai membaca ketimbang bermain gadget. Mereka juga bertanya tentang bagaimana caranya menulis yang baik.
ADVERTISEMENT
Nanang lalu berbagi tips agar anak-anak itu suka membaca buku. Di antaranya ia menyarankan agar orang tua membiasakan anak dan mendekatkan anak-anak dengan buku. Buku, kata dia, menjadi bagian atau keseharian anak.
Ia juga berbagi tips tentang bagaimana caranya menulis. Ia menyarankan agar biasakan menulis meskipun belum bagus. Kemampuan menulis itu akan terasah dengan sendirinya manakala terus menulis. (kik)