news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tradisi Ayam Panggang dan Dawet, Saat Bermunajat di Petilasan Mbah Janjang Blora

Konten Media Partner
10 November 2018 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Ayam Panggang dan Dawet, Saat Bermunajat di Petilasan Mbah Janjang Blora
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Oleh Priyo Spd
Blora - Meski telah beberapa kali turun hujan, warga Desa Jiken Kecamatan Jiken Kabupaten Blora masih kekurangan air bersih. Melihat kondisi ini, pemerintah desa setempat menginisiasi pelaksanaan Salat Istisqa di Masohan, tempat yang dikeramatkan oleh warga desa setempat.
ADVERTISEMENT
Masohan, oleh penduduk setempat, dipercaya sebagai tempat dimana Eyang Jatikusumo atau Mbah Janjang mengambil air wudhu sebelum melaksanakan salat. Di tempat ini, mereka membawa serta ayam panggang dan dawet, dua sajian kesukaan sesepuh Jiken tersebut.
“Masyarakat Desa Jiken benar-benar kekurangan air. Di pemukiman warga, sumber air telah mengering. Kami mengajak masyarakat untuk berdoa memohon hujan dengan Salat Istisqa,” terang Kades Jiken, Istanti, Sabtu (11/11/2818).
Tradisi Ayam Panggang dan Dawet, Saat Bermunajat di Petilasan Mbah Janjang Blora (1)
zoom-in-whitePerbesar
Salat Istisqa, adalah salat untuk memohon turunnya hujan, dipimpin oleh Kyai Abdul Kholiq. Dalam salat ini, disampaikan pula Khotbah Istisqa oleh Kyai Syifaun Niam. Usai salat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga menyantap ambeng atau sajianayam panggang dan dawet. Sejak tiga hari sebelumnya, mereka bersama berpuasa sebagai rangkaian dari salat istisqa tersebut.
ADVERTISEMENT
“Di tempat ini ada kedung. Di bawah kedung itu, menurut cerita tutur orang-orang sepuh Jiken, terdapat goa bawah tanah yang menghubungkan Masohan dengan Janjang,” terang Kyai Syifaun Niam.
Uniknya, saat pelaksanaan kegiatan tersebut, sebelum salat Istisqa dimulai hujan turun dengan derasnya. Meski demikian, warga tetap menggelar ritual tersebut lantaran sudah terlanjur memasak ayam panggang dan mebuat dawet.
“Nah itu uniknya, sebelum pelaksanaan salat hujan turun. Tapi, warga sudah terlanjur masak-masak, bikin tumpeng, masak ayam panggang dan dawetnya juga sudah jadi. Prosesinyapun tetap dilanjutkan,” imbuh Syifaun Niam salah satu warga
Masohan terletak di utara Desa Jiken, berada di kawasan tengah hutan. Di kawasan itu, terdapat aliran air yang meski kemarau tak pernah berhenti mengalir. Usai salat Istisqo, beberapa warga menyempatkan mandi di lokasi tersebut.(teg/imm)
ADVERTISEMENT