Konten Media Partner

Ulat Daun Jati, Makanan Musiman Khas Blora yang Diburu Setiap Tahun

19 November 2020 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah seorang penjual ungker di tepi jalan kawasan hutan jati Blora-Cepu. Kamis (19/11/2020)
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang penjual ungker di tepi jalan kawasan hutan jati Blora-Cepu. Kamis (19/11/2020)
ADVERTISEMENT
Blora - Jelang musim penghujan yang dibarengi dengan berseminya daun pohon jati di kawasan hutan Blora Jawa Tengah, menjadi pertanda musim kepompong ulat daun jati, atau warga setempat menyebut dengan ungker, sementara warga daerah lain ada yang menyebutnya dengan entung.
ADVERTISEMENT
Beberapa warga di sekitar pinggiran hutan jati di Kabupaten Blora kembali berburu untuk dijual atau dimasak sendiri. Hanya saja, karena tidak serentak dan masih sulit diperoleh, harga kepompong ulat daun jati tersebut saat inipun melambung tinggi.
Kepompong ulat daun jati, atau ungker, oleh warga di Kabupaten Blora dan sekitarnya, biasa dijadikan kuliner lezat yang kaya gizi.
Pemburu ungker harus teliti dan hati-hati di bawah tegakan pohon jati dan semak daun jati yang kering dan rontok, biasanya di situ dijumpai sejumlah ungker, yang kemudian dikumpulkan oleh warga.
Meskipun hasil yang diperoleh saat ini masih relatif belum banyak, dikarenakan belum mencapai puncaknya, tetapi warga sudah mulai mencari atau mengumpulkan ungker, untuk dijual agar menambah pendapatan atau dimasak sendiri.
ADVERTISEMENT
Salah seorang penjual ungker di tepi jalan kawasan hutan jati Blora-Cepu. Kamis (19/11/2020)
Sudarsih, salah seorang penjual ungker asal Desa Sambongrejo Kecamatan Sambong, ditemui awak media ini Kamis (19/11/2020), menuturkan bahwa saat ini dalam sehari dirinya tidak sampai mendapatkan 1 kilogram ungker.
“Tidak sampai dapat 1 kilogram. Saat ini takarannya per gelas lalu dibungkus daun jati. Per bungkus saya jual 10 ribu rupiah. Ungker ini baru ambil, bisa dimasak untuk lauk,” kata Sudarsih. Kamis (19/11/2020)
Ia bersama sejumlah kawannya berjualan di tepi jalan kawasan hutan jati Blora-Cepu. Hanya saja dirinya mengaku bahwa ungker yang ia jual bukan dari hasil mencari sendiri di kawasan hutan jati, melakukan dari hasil membeli dari para pemburu ungker. Menurutnya, dirinya membeli dari para pemburu ungker Rp 125 ribu per kilogramnya.
ADVERTISEMENT
“Belum banyak, saya tidak lagi kuat ke hutan, karena jauh, ini saya beli dari orang yang biasa mencari,” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Sarti, penjual ungker lainnya. Meski sudah paruh baya Sarti rela kepanasan dan duduk di tepi jalan sambil menawarkan ungker kepada para peminat masakan yang tergolong ekstrem itu.
“Sama saya juga beli dari para pencari, lalu saya jual lagi. Alhamdulillah selalu habis,” ucap Sarti.
Di pinggir kawasan hutan Blora, beberapa pemburu ungker berangkat ke hutan pada pagi hari, kemudian menjelang sore hari, hasil buruannya dibungkus dengan daun jati dengan takaran gelas. Selanjutnya ditawarkan kepada para pengendara yang melewati jalan tersebut.
ADVERTISEMENT
Beberapa warga sekitar hutan jati mencari ungker sambil menggembala ternak sapi di kawasan hutan. Para pencari ungker mengaku berdasarkan pengalaman, keberadaan ungker akan mudah diperoleh ketika terik matahari bergantian dengan turunnya hujan.
Musim ungker seperti ini, hampir sebagian besar hutan Blora daunnya habis dimakan ulat jati yang nanti menjadi ungker , setiap musim seperti ini di jalur hutan banyak warga mencari ungker sepeti di jalur Blora-Cepu dan Blora-Randublatung.
Sumindar salah satu pembeli mengaku meski harganya masih tergolong tinggi, para penyuka ungker tetap rela merogoh uang untuk membeli.
”Sebenarnya mikir-mikir juga, harganya mahal. Tapi karena pingin masak ungker, ya tetap saya beli,” katanya
Ungker adalah salah satu makanan khas masyarakat di Blora. Namun karena ungker hanya muncul saat pergantian musim kemarau ke musim hujan, masakan itupun tidak selalu tersedia setiap saat.
ADVERTISEMENT
Musim ungker pun biasanya hanya berlangsung beberapa pekan. Tidak mengherankan jika penyuka masakan ungker akan memburu ungker saat musimnya tiba.
Ungker digoreng, dioseng-oseng. Rasa ungker itu gurih dan lezat. Apalagi jika dimasak dengan menu yang pas, dijamin nambah terus,” ucap Sumindar
Namun bagi warga yang rentan alergi, lebih baik hindari makan ungker. Sebab, mengkonsumsi ungker bisa menyebabkan gatal di sekujur tubuh. Gatal itu baru akan hilang jika dinetralisir dengan obat anti alergi. (teg/imm)
Reporter: Priyo SPd
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com