Sumber Pangan Alternatif di Massa Depan

beritafiphal unida
Fakultas Ilmu pangan Halal merupakan fakultas yang memiliki dua jurusan yaitu teknologi pangan dan gizi dan teknologi industri pertanian, yang berada di universitas djuanda bogor
Konten dari Pengguna
12 September 2022 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari beritafiphal unida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut FAO tahun 2050 diperkirakan terdapat 9,7 milliar penduduk di seluruh dunia sehingga produksi pangan juga harus meningkat 70-84% dibanding sekarang. Beberapa alternatif sumber pangan telah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli di seluruh dunia untuk menjaga ketahanan pangan di massa depan.
(Gambar produk daging lab, sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/cultured-beef-meat-concept-artificial-vitro-1748585984)
Sumber pangan alternatif pertama adalah produk rekayasa pertanian. Rekayasa pertanian memanfaatkan kombinasi bioteknologi, rekayasa jaringan, biologi molekuler, dan biologi sintetik dalam memproduksi protein, lemak, dan jaringan. Salah satu produknya adalah daging rekayasa lab. Daging ini tidak diambil dari hewan melainkan ditumbuhkan di laboratorium. Proses rekayasa dimulai dengan mengambil sejumlah sel yang kemudian diberi nutrisi seperti asam amino, karbohidrat, mineral, lemak dan vitamin. Jenis nutrisi tersebut adalah sama seperti yang dibutuhkan ayam untuk tumbuh dan berkembang biak. Dari sana, sel-sel ditumbuhkan sehingga berbentuk daging dengan kecepatan tinggi menggunakan bio reaktor.
ADVERTISEMENT
Beberapa perusahaan telah mengembangkan dan memproduksi daging kultur lab seperti daging ayam (Eat Just, Amerika); bluefin tuna kultur (Finless foods, Amerika); daging sapi kultur (Meatable, Belanda); daging udang, kepiting, dan lobster kultur (Shiok meats, Singapura); daging ayam dan bebek kultur (Memphis meat, Amerika), serta daging babi kultur (Inggris). Eat Just tahun 2020 telah mengekspor produk daging ayam kultur ke restoran di negara Singapura yang kemudian dibuat produk nugget ayam dan dijual dengan harga 50 dollar atau sekitar 708 ribu rupiah.
Dibandingkan dengan daging tradisional, produksi daging hasil rekayasa lab ini memiliki keunggulan seperti mampu dikontrol kandungannya (rendah kolesterol, rendah asam lemak jenuh, bebas antibiotik, bebas penyakit), dapat dikontrol kualitas dan rasanya, mengurangi permintaan untuk produk ternak, serta mengurangi kebutuhan lahan, biaya transportasi, produksi limbah, dan emisi gas rumah kaca. Selain keuntungan tentunya hal yang perlu diperhatikan adalah kehalalan bagi muslim dan hingga saat ini di Indonesia belum ada fatwanya.
ADVERTISEMENT
Alternatif sumber pangan berikutnya adalah serangga. Beberapa masyarakat di dunia telah memanfaatkan serangga sebagai bahan pangan seperti di benua Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dan Asia, termasuk di Indonesia. Namun pemanfaatannya belum optimal, padahal serangga dapat sebagai sumber protein, lemak (termasuk asam lemak tak jenuh), polisakarida (termasuk kitin), serat, vitamin, dan mineral. Produksi serangga yang dapat dimakan sangat efisien, tingkat produksi cepat dan hanya membutuhkan sedikit ruang. Pemanfaatannya bisa dikonsumsi dalam berbagai bentuk (mentah, dikukus, dipanggang, diasap, digoreng, dll.) atau diolah dahulu sehingga berbentuk bubuk serangga. Serangga utuh, bubuk serangga, dan produk makanan dari serangga seperti snack beraroma, energi bar dan shake, dan permen sudah dikomersialkan di seluruh dunia
Sumber pangan lainnya yang memiliki potensi besar tetapi belum dimanfaatkan secara optimal yaitu mikro alga seperti Spirulina dan Chlorella. Alga dan mikro alga merupakan sumber nutrisi di negara Asia. Mikro alga tersebut kaya protein (phycocyanin), asam lemak esensial (omega-3, asam docosahexaenoic, dan asam eicosapentaenoic), glukan, vitamin (A, B, C, D2, E, dan H), mineral (yodium, kalium, besi, magnesium, dan kalsium), anti oksidan (karoten), dan pigmen (astaxanthin). Di Indonesia budidaya mikroalga tersebut masih terbatas dan cukup berpotensi untuk dikembangkan.
ADVERTISEMENT
Sumber-sumber pangan baru ini termasuk hasil rekayasa lab, pangan dari serangga, dan pangan dari mikroalga membutuhkan penelitian dan pengembangan lanjutan. Selain itu perlu persetujuan menyangkut komposisi, stabilitas, alergenisitas, dan toksisitas harus dilakukan evaluasi untuk setiap makanan atau bahan makanan baru. Penilaian peraturan tersebut bertanggungjawab untuk menjamin bahwa makanan dan bahan makanan baru aman untuk dikonsumsi manusia.
Oleh: Muhammad Fakih Kurniawan (Mahasiswa S3 Ilmu Pangan IPB University, Dosen Teknologi Pangan Universitas Djuanda Bogor)