Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pemuda Lintas Agama di Mojokerto Gelar Doa Bersama untuk Mbah Moen
7 Agustus 2019 15:07 WIB
Tulisan dari beritajatimcom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mojokerto (beritajatim.com) – Ulama karismatik KH Maimoen Zubair, meninggal dunia usai salat subuh di Tanah Suci, Makkah, Arab Saudi pada Selasa, (6/8/2019). Duka karena kepergian sosok yang akrab disapa Mbah Moen itu ternyata tak hanya dirasakan oleh umat Islam. Pasalnya, sejumlah pemuda lintas agama di Mojokerto juga merasakan kehilangan sosok Mbah Moen.
ADVERTISEMENT
Turut berduka atas kepergian Mba Moen, sejumlah pemuda lintas agama di Mojokerto menggelar doa bersama di Gereja Santo Yosef. Sebuah meja kecil lengkap dengan lilin dan foto Mbah Moen disiapkan di aula gereja. Sementara di pojok ruangan, tampak Salib serta sebuah tikar kecil untuk para pemuda yang ikut dalam kegiatan doa bersama itu.
Salah satu pegiat kegiatan tersebut, Redi Saputro, mengatakan doa bersama digelar untuk mengenang kepergian dan wafatnya Mbah Moen. “Mbah Moen adalah sosok kiai yang sangat luar biasa dan menginspirasi,” ungkapnya, Rabu (7/8/2019).
Redi mengatakan Mbah Moen sepanjang hidupnya tetap berpegang teguh untuk mempromosikan dan mengajarkan nilai-nilai tentang pentingnya Indonesia. Indonesia sudah menjadi sunatullah, yang perlu dirawat oleh manusia.
ADVERTISEMENT
“Pada dasarnya teman-teman lintas agama dan kelompok Gusdurian, merupakan kelompok yang pluralis. Di mana kita saling duduk bersama, untuk berdoa bersama. Meskipun agama dan keyakinan kita berbeda, untuk mendoakan Mbah Moen tidak ada salahnya,” katanya.
Menurutnya, yang terpenting adalah doa tersebut dapat tersampaikan ke Mbah Moen. Doa bersama teman-teman lintas agama yang lain akan teriring secara terus-menerus. Sosok Mbah Moen di mata teman-teman Katolik sendiri, lanjut Redi, merupakan sosok yang sangat baik.
“Beliau memberikan nilai-nilai yang inspiratif dan baik untuk mempromosikan tentang pentingnya menjaga NKRI, serta menjaga kesatuan dan persatuan sesuai nilai-nilai agama masing-masing. Beliau seorang kiai yang bukan hanya milik satu kelompok saja,” tuturnya.
Bagi Redi Mbah Moen juga adalah kiai inspiratif bagi banyak kelompok dan teladan bagi teman-teman lintas agama yang lain. Apalagi, Mbah Moen dinilai sebagai negarawan dalam situasi apapun. Mbah Moen tetap memberikan teladan yang baik atas situasi bangsa, dan memberikan nilai-nilai kesejukan.
ADVERTISEMENT
Koordinator Gusdurian Mojokerto, Imam Maliki, menambahkan doa bersama lintas agama tersebut akan digelar di beberapa lokasi di Mojokerto. “Kemarin bersama pemuda Buddha, sekarang dengan pemuda Katolik,” jelasnya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai peringatan meninggalnya Mbah Moen sebagai sosok yang menjadi imam, baik bagi NU, umat muslim keseluruhan, maupun penganut agama-agama lain yang ada di Indonesia. Kegiatan ini diinisiasi oleh beberapa teman dan pemuda gereja.
“Beberapa pemuda gereja mengatakan jika beliau adalah sosok yang alim dan harus kita teladani untuk mempersatukan perbedaan, sehingga kita respons dengan mengadakan kegiatan doa bersama ini,” jelasnya. [tin/but]