Pihak Ponpes di Mojokerto: Korban Jatuh dari Lantai 2, Bukan Dianiaya

beritajatimcom
Portal berita update Jawa Timur, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Jember, Madura, Kediri, Bojonegoro, Madiun, Malang, Gresik, Sidoarjo. Ngawi, Tuban, Lamongan, Trenggalek, Tulunggagung, Pacitan, Situbondo, Kota Batu dan lain-lain
Konten dari Pengguna
21 Agustus 2019 4:28 WIB
Tulisan dari beritajatimcom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para santri Ponpes Mamba'ul Ulum saat melihat jenazah korban dibawa dengan ambulans PMI Kabupaten Mojokerto. Foto: Misti/beritajatim
zoom-in-whitePerbesar
Para santri Ponpes Mamba'ul Ulum saat melihat jenazah korban dibawa dengan ambulans PMI Kabupaten Mojokerto. Foto: Misti/beritajatim
ADVERTISEMENT
Mojokerto (beritajatim.com) – Pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba’ul Ulum Desa Awang-awang, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, membantah kabar tewasnya salah satu santri yakni Ari Rifaldo (16 tahun) akibat dianiaya. Pihak pengurus ponpes mengaku korban jatuh dari lantai dua.
ADVERTISEMENT
Pengurus pondok putri, Anisatul Fadila (32), didampingi pengurus pondok putra, Machfudin Akbar (33), membantah ada penganiayaan di lingkungan Ponpes Mamba’ul Ulum.
“Saya dilaporin ustaz sekitar pukul 03.00 WIB ada santri jatuh,” ungkapnya, Selasa (20/8).
Dia pun langsung ke RSUD Prof Dr Soekandar, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, karena saat itu korban berada di UGD. Anisatul menjelaskan, jika kondisi korban ada luka bagian kepala belakang.
“Informasi diperoleh jatuh dari lantai dua dengan ketinggian 10 meter. Jatuh karena ngantuk, mungkin kecapekan karena habis ikut lomba gerak jalan. Tidak ada (penganiayaan), ustaz selalu piket kondisi adem ayem, kondusif tidak ada apa-apa,” katanya.
Masih kata Anisatul, pola pembinaan di Ponpes Mamba’ul Ulum, jika ada santri yang melakukan pelanggaran maka dihukum. Hukuman dari pelanggaran tersebut biasanya membersihkan pesantren serta halaman ponpes.
ADVERTISEMENT
“Masalah itu (keluar tidak izin), biasanya tengah malam lapar, cari makan. (Soal) tidak izin, kurang tahu. Katanya, iya, keluar tidak izin. Tidak ada penganiayaan di pondok karena ustaz di sini monitoring terus selama 24 jam. Di sini ada satpam tiap hari ada tiga shift,” ujarnya.
Keterangan berbeda datang dari seorang saksi. Ia mengatakan, korban ditendang hingga kepalanya membentur tembok dan mengeluarkan darah.
Informasi saksi tersebut didapat oleh Kapolsek Mojosari, Kompol Anwar Sudjito.
“Kepala belakang sebelah kanan terbentur tembok, ini yang diduga menjadi penyebab korban meninggal. Namun kami masih menunggu hasil autopsi untuk mengetahui lebih jauh penyebab korban meninggal. Dibawa ke RS Bhayangkara Porong,” katanya.
Korban baru masuk Ponpes Mamba’ul Ulum pada tahun ajaran (TA) 2019/2020 yakni bulan Juli 2019. Korban merupakan anak yatim piatu yang sejak kecil tinggal bersama bibinya di Sidoarjo. Namun sejak kelas I SD dititipi di panti asuhan.
ADVERTISEMENT
“Tidak tahu panti asuhan mana, kemudian dia inisiatif mondok sendiri sehingga masuk sini. Anaknya baik, penurut, terbuka, tidak pernah ada masalah. Karena tidak yang mengurusi maka dia akan dimakamkan di makam keluarga dekat pondok sini,” ujar pengasuh pondok, Anisatul. [tin/ted]
Reporter: Misti P.