Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten Media Partner
Gus Ipul, Calon Gubernur yang Juga Da'i dan Imam Tarawih
28 Mei 2018 9:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Blitar (beritajatim.com) - Di sela-sela kesibukannya berkampanye Calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) tidak meninggalkan kebiasaan baik selama bulan suci Ramadan 1439 H kali ini.
ADVERTISEMENT
Salat Tarawih dan menjadi Imam serta mengisi Kultum kerap dia jalani di masjid atau mushola berbeda dan di daerah berbeda pula merupakan kebiasaan yang dia jalani selama Ramadan.
Pada Minggu (27/5/2018) misalnya, Gus Ipul didaulat mengisi Kultum di mushola baru yang ada di dalam lokasi wisata kampung coklat, Plosorejo, Kademangan, Kabupaten Blitar.
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul menceritakan bagaimana anjuran untuk menyambut datangnya bulan Ramadan dengan riang gembira
"Marhaban ya Ramadan. Mari kita sambut dengan penuh suka cita bulan nan suci ini. Kita harus bersyukur karena masih dipertemukan di bulan yang pernuh berkah. Bulan Ramadan merupakan momentun bagi kaum Muslimin untuk beribadah dengan penuh kekhusyukan dan meminta hidayah Allah," kata keponakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan, waktunya kita mensucikan diri. Mendekatkan diri pada Allah. hendaknya umat muslim menyempurnakan ibadah Ramadan dengan lebih baik dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul juga mengungkapkan kekagumannya atas kemajuan kampung cokelat yang ada di Blitar. "Beberapa tahun lalu saya ke sini tiap minggu hanya mengirimkan satu truk kakao, sekarang menjadi dua truk perhari," ujar Gus Ipul.
Usai Kultum, kepada pengelola kampung coklat, Gus Ipul mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk membuat seribu desa wisata atau yang dikenal dengan program Seribu Dewi.
Diharapkan, melalui program ini, wisata di desa-desa bisa menggeliat. Utamanya yang berbasis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Ia mencontohkan, para wisatawan yang hadir bisa diajak melihat berbagai koleksi cokelat di kawasan ini melalui sebuah galeri.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, wisatawan yang hadir bisa diajak untuk melihat langsung proses produksi coklat. "Nantinya wisatawan ini juga bisa merasakan sendiri proses membuatnya," kata Wakil Gubernur Jawa Timur dua periode ini.
Gus Ipul pada kunjungan tersebut juga sempat menyaksikan langsung proses pembuatan cokelat dan mendapatkan hadiah cokelat dengan tulisan nomor dua.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Syabilurrosyad, Malang, KH Marzuki Mustamar, menyebut beberapa kriteria calon gubernur Jawa Timur yang laik dipilih. Di antaranya, pemimpin itu harus amanah, cerdas, dan kuat.
Pertama, pemimpin amanah adalah pemimpin yang mampu menjalankan program kebijakan sesuai dengan tugas yang di amanahkan. Pemimpin kategori ini adalah pemimpin yang Istiqomah tidak gampang tergoda jabatan lain apalagi mundur di tengah jalan demi mengejar ambisi.
ADVERTISEMENT
"Sedangkan, untuk pemimpin yang cerdas adalah figur yang mampu menghadirkan kebijakan untuk menjalankan amanahnya. Saya melihat Gus Ipul (Saifullah Yusuf) ini tidak hanya cerdas tapi terbukti 10 tahun telah banyak berbuat untuk Jawa Timur," ujar Kiai Marzuki.
Sementara untuk pemimpin yang kuat adalah mampu menjalankan tugas tanpa batasan waktu dan tempat. "Jawa Timur itu luas. Bisa di Banyuwangi pagi, malamnya harus ke Ngawi. Pemimpin lingkup Jawa Timur harus kuat," kata Kiai Marzuki.
Kategori kuat ini tidak hanya secara fisik, melainkan juga kepantasan. "Kalau Gus Ipul itu jam 2 dinihari ada bencana pantes untuk Ditelpon keluar rumah sendiri juga pantes karena laki-laki. Dia juga kuat dan telah terbukti selama 10 tahun jadi Wagub. Jadi Khotib maupun Imam sholat juga bisa," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain menjelaskan kriteria personal, Kiai Marzuki juga menyebut latar belakang figur ini yang juga menjadi pertimbangan. Di antaranya, figur yang dibesarkan oleh pesantren.
"Sudah waktunya kita punya pemimpin yang berlatarbelakang pondok pesantren. Sebab, figur ini tahu akan kebutuhan pesantren sehingga kebijkannya tak jauh dari pesantren," kata kiai asal Malang ini. [tok/but]