Konten Media Partner

Sosok Edy Antoro Pemilik Kusuma Agrowisata Kota Batu

21 Desember 2022 8:30 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edy Antoro Owner Kusuma Agrowisata Batu
zoom-in-whitePerbesar
Edy Antoro Owner Kusuma Agrowisata Batu
ADVERTISEMENT
Batu (beritajatim.com) – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memilih owner Kusuma Agrowisata Batu Edy Antoro untuk menerima Anugerah Revolusi Mental 2022 kategori Penggerak Ekonomi Kerakyatan.
ADVERTISEMENT
Inilah sosok Edy Antoro
Edy Antoro (AE) adalah anak nomor 2 dari 8 bersaudara pasangan Dono Dwiyono dengan Nisye Aspiati. Lahir di Rumah Sakit Tionghoa Dokter Iwan pada hari Selasa Pahing, 27 Mei 1958 sekitar pukul 23.00.
Dalam buku “Republik Agro Perjalanan Hidup Edy Antoro” yang ditulis Anwar Hudijono (2014) disebutkan bahwa di dalam darah EA mengalir genetika perpaduan Jawa, Arab dan Banjar. Dono Dwiyono yang akrab dipanggil Don adalah asli Jawa.
Sedang darah Arab berasal jalur ibunya. Kakek buyutnya, Syekh Ali yang berdarah Arab menikah dengan Ny Sareh yang berdarah Banjar. Pernikahan mereka melahirkan Ny Rodiah yang kemudian menikah dengan Amirun Joyosuwito. Dari pernikahan ini lahirlah Ny Nisye.
Selama setahun sejak kelahiran EA tinggal di Surabaya. Setelah itu dia diboyong ke rumah dinas Kebun Kalisanen, Kecamatan Tempur Rejo, Kabupaten Jember. Ayahnya bekerja di kebun yang berada di bawah bendera PNP XVI kemudian menjadi PTP XII. Pada saat itu bekerja di perkebunan sangat keren. Gajinya bisa lima kali lipat dibanding guru.
Edy Antoro Owner Kusuma Agrowisata Kota Batu
EA memulai sekolah langsung di SD Santa Maria Fatima Jember tanpa mengawali dengan TK, meski ibunya mendirikan TK di Kalisanen. Di SD itu ia dikenal rajin, rapi dan disiplin. Prestasi akademisnya tidak menonjol. Yang menonjol adalah kepribadiannya yang suka membuat orang lain senang.
ADVERTISEMENT
Ia tamat SD tahun 1971. “Nilai akhir saya landai-landai saja,” kata EA. Ia melanjutkan ke SMP Katolik Santo Petrus Jember. Pada saat yang hampir bersamaan, keluarganya pindah dari Kalisanen ke rumah dinas PTP XII di Kaliwates, Kota Jember sebagai konsekuensi mutasi ayahnya yang menjadi staf Direksi PTP XII.
Setelah tamat SMP dia melanjutkan ke SMAN (sekarang SMAN 1) Jember, sekolah favourit di kota itu pada tahun 1977. Ia masuk jurusan IPA. “Lumayan saya masuk IPA D,” ujar EA.
Semasa SMA EA termasuk anak gaul. Meski tidak menguasai alat musik, tapi dia suka musik. Dia doyan banget lagu-lagunya grup Bee Gees seperti Night on Broadway, Alive. Lagu-lagunya grup ABBA seperti Fernando. Ia terus update perkembangan musik. Gengsi kalau ketinggalan.
ADVERTISEMENT
Dia pun menjadi penggemar grup asal Swedia, Europe yang ngetop dengan lagunya Final Countdown. Grup Deep Purple dengan lagunya seperi Smoke on The Water. Led Zeppelin dengan lagunya Starway to Heaven. Ia juga grup musik Tanah Air seperti Koes Plus, The Mercys.
Sebagai anak gaul EA juga mengikuti mode aktual seperti rambut gondrong, celana komprang, sepatu bermerek. Dua tren anak muda yang tidak pernah diikuti EA yaitu merokok dan masuk geng.
Sejak bayi dia tidak merokok hingga sekarang. Salah satu hikmah tidak merokok yang dia rasakan adalah tidak ikut mencicipi narkoba.
Ia menamatkan SMA tahun 1979. Melalui jalur tes Perintis III ia melanjutkan ke Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Jember (UJ). Jurusan agronomi merupakan “primadona” UJ.
ADVERTISEMENT
Kuliahnya sempat amburadul di semester satu gara-gara gonta-ganti pacar. Maklum EA itu ganteng, keren, flamboyan. Dikenal sebagai “Arjuna kampus”.
“Sebenarnya dia itu tidak jago nggombali cewek. Tidak pintar merayu. Kalau nulis surat itu bahasanya jelek. Kelebihan Mas Edy itu memiliki kharisma. Orangnya menyenangkan. Cewek mudah kesengsem sama dia. Bukan hanya saat bujangan, sekarang pun banyak wanita yang mengejar-ngejar dia,” kata Ibu Susan Antoro, istrinya. Susan mengenal betul karena dia kuliah di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian UJ.
EA bertekad bangkit di semester berikutnya. Ia fokus kuliah. Dia berhasil menyelesaikan kuliah tepat waktu lima tahun. Banyak orang tidak percaya dia bisa sarjana tepat waktu. EA sendiri mengakui banyak faktor keberuntungan yang menaunginya. Pamannya, Aspiyanto mengistilahkan kalau EA itu jatuhnya selalu di kasur.
ADVERTISEMENT
Menikah
EA menikah dengan Susan pada Hari Sabtu, 24 Januari 1987 setelah menjalin asmara sejak tahun 1983. Cinta mereka penuh dramatika. Dari pernikahan itu diberkahi tiga anak Gideon Andhika Satrio, Priska Andhina Kusumawardani, dan Abdnego Andhana Prakosajaya.
Kini sudah berkembang dengan lahirnya cucu sebanyak lima orang. Dari Gideon dua cucu, dan dari Priska 3 cucu yang dua di antaranya kembar Nana dan Nene.
Anak ketiga Abednego belum menikah dan masih melanjutkan studi S2 di London, Inggris. Ia tidak memilih bidang bisnis seperti saudaranya yang lain, melainkan memilih bidang arkeologi dan sejarah.
Berani berinovasi
EA memulai kariernya sebagai karyawan percobaan di PTPN XXVI tahun 1985. Ia masuk melalui tes. Berdasar hasil tes psikologi didapati, ia sosok yang produktif, bisa bekerja keras, disiplin tinggi, banyak inisiatif, berdaya inovasi kuat.
ADVERTISEMENT
Ia menyukai objektivitas, efisiensi dan produktivitas. Integritasnya kuat. Tidak terlalu suka thethek bengek prosedur, yang penting hasilnya bagus.
Ia ditempatkan di Kebun Pasaweran,Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Tugasnya menangani persemaian karet yang sesuai dengan skripsi sarjananya.
Setelah dua bulan, dia dipindah ke bidang penanganan bedeng kopi. Naluri inovasinya mulai bersemi.
Tapi saat dia melakukan inovasi, harus berbenturan dengan kultur feodalisme di perkebunan yang terbentuk sejak zaman Belanda. Yang lebih menekankan sikap manut, narima pandum.
“Saya malah disalahkan. Dimaki-maki. Meskipun hasil percobaan saya bagus,” kata EA.
Selanjutnya dia dipindah ke bagian pembibitan coklat di Afdeling Wangkal Secang. Lagi-lagi dia melakukan inovasi. Ia mau membuktikan bahwa kegiatan di lapangan tidak cukup tergantung dengan teori tetapi banyak ditentukan oleh feeling, intuisi, kreativitas, keberanian uji coba, dan bertanggung jawab baik benar maupun salah.
ADVERTISEMENT
Komisaris PTPN XXVI, Ong Cheng Li menyatakan kekagumannya atas model pembibitan yang dilakukan EA. Tentu saja sikap Ong ini mengejutkan banyak pihak karena biasanya Ong yang mantan Direktur Utama PTPN XXVI ini dikenal galak.
Mantan Administratur Afdeling Wangkal Secang Sigit Prakoso mengakui hasil pembibitan EA itu mau melejitkan produksi. Jika biasanya per hektare 3 kuintal, naik menjadi 1,2 ton.
Setelah menjalani masa percobaan lima bulan, dia diangkat menjadi karyawan dengan pangkat sinder. Pengangkatan secepat itu karena kinerjanya yang bagus. Ia dipindah ke Afdeling Kampung Malang, Perkebunan Kalisat Jampit di kawasan Gunung Ijen, satu-satunya tempat budidaya kopi arabica.
Mendobrak Feodalisme Perkebunan
Lagi-lagi EA berani melakukan inovasi. Tanaman kopi dibuahkan dalam umur 3 tahun. Kalau ketahuan manajemen PTPN bisa disalahkan. Karena mengikuti protap sejak zaman Belanda, kopi baru boleh dibuahkan pada umur 4 tahun. Hasil inovasinya luar biasa. Produksinya meroket dari 1 ton kering lepas kulit menjadi 2 ton.
ADVERTISEMENT
Inovasi EA itu mementahkan “tesis” Belanda bahwa kopi baru boleh dibuahkan umur 4 tahun. Inovasi ini akhirnya dijadikan standard operasional perkebunan.
Bukan hanya pembaruan budidaya saya yang dibawa EA. Yang lebih fenomenal adalah kebernian dia mendobrak tatanan sosial perkebunan yang cenderung feodalisme ekstrem. Saat itu kalau mau tahu sisa tatanan sosial warisan Belanda lihatlah perkebunan. Mau lihat kemiskinan struktural yang siklistis, lihatlah perkebunan. Di perkebunan pula hubungan antar strata sosial bernuansa hubungan tuan-hamba .
EA mencoba mengubah struktur feodalisme menjadi struktur sosial yang egalitarian. Hubungan antara stakeholders itu bersifat mitra. Ia lebih mengedepankan struktur fungsional. Tidak membuat jarak dengan karyawan yang berada di tataran paling bawah sekalipun.
Keberanian dia seperti gugusan ombak yang membentur batu karang sehingga pecah menjadi serpihan air. Tindakan EA dinilai menyalahi tatanan sosial yang sudah establis. Hal itu bisa mengancam hegemonik para petinggi perkebunan.
ADVERTISEMENT
Karena merasa sudah tidak tahan, EA mendapat pemantik lomba karangkitri perumahan perkebunan. Ia memprotes penilaian yang tidak adil. Karena protesnya seperti berteriak di tengah padang pasir yang luas alias tidak direspon, akhirnya dia mundur.
Mula-mula dia mengutarakan niat mundur itu ke ayahnya. “Terus terang Papa sangat keberatan saya mundur dari perkebunan. Alasannya saya ini satu-satu penerus tradisi kami bekerja di perkebunan. Saya matur, perkebunan itu bukan milik kita. Artinya tidak masalah kalau pada akhirnya tidak ada keluarga kita yang bekerja di perkebunan,” kata EA.
Saat niat mundur sudah membulat, dia dipindah ke Perkebunan Belawan. Ia pun boyongan ke Belawan. Tetapi di tengah jalan, truk yang membawa barang-barangnya langsung disuruh ke Malang. Ia pun menyerahkan surat pengunduran diri tanpa menunggu jawaban.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah berusaha mencegah. Apalagi dia sudah mau dipromosikan menjadi sinder kepala. Tetapi dia pada keputusannya,” ujar Amirin, Administratur Kebun Belawan.
Kebun Apel
Setelah mundur dari perkebunan dia sempat menganggur. Pada akhir dekade 1980 dia mulai mengolah tanah milik mertuanya seluas 1,8 hektare di lereng Gunung Panderman, Batu. “Tanahnya campur bebatuan dan masih semak belukar,” kata Wiyono, saksi mata.
Dia menggembleng diri untuk tidak takut menghadapi tanah demikian. Dia ingin membuktikan kemampuannya yang tidak bisa direalisasi di perkebunan. Dia bermimpi menjadi juragan apel. Orang kayanya Batu saat itu mesti juragan apel.
Keberanian dia mencoba budidaya apel dianggap gila. Panderman bukan daerah apel karena termasuk pegunungan kering, sulit air. Tanaman apel di Batu berada di sebelah utara yang masuk lereng Arjuna. Dua kali gagal produksi. EA menjadi bahan tertawaan.
ADVERTISEMENT
Tapi dia tidak putus asa. Kerja kerasnya membuahkan hasil tahun 1993 tanaman apelnya berproduksi. Sukses EA menjadi inspirasi petani untuk mengubah tanamannya yang umumnya singkong menjadi kebun apel. Maka tanaman apel di Kota Batu pun meluas sampai di kawasan selatan.
Perluasan areal dan meningkatnya produksi memiliki efek harga jatuh setiap musim panen. Lantas di situlah EA berpikir untuk mengembangkan wisata petik apel. Kebun apel di Batu memang banyak tapi baru EA yang menjadikan agrowisata yaitu wisata petik apel. Hasilnya jauh lebih tinggi daripada apel dijual secara ventura.
Sukses itu menginspirasi masyarakat untuk ikut mengembangkan wisata petik di kebun masing-masing. Jadi kalau Kota Batu disebut Kota Wisata dengan primadonanya agrowisata, maka Edy Antoro perintisnya.
ADVERTISEMENT
EA pun menjadi pionir. Menjadi trend setter. Suluh bagi masyarakat Batu.Bukan hanya budidaya apel dan agrowisata tapi setiap inovasinya diikuti warga masyarakat seperti mengembangkan green house, tanam strawberry, wisata petik buah, memproduksi dodol apel, cuka apel, pertanian organik.
Tidak berlebihan kalau EA disebut tokoh kebangkitan kedua wisata Kota Batu setelah masa emas Selecta sejak zaman Belanda berakhir.
Edy Antoro Pemilik Kusuma Agro Wisata Kota Batu
Dari tanah 1,8 hektare berkembang lebih kurang 100 hektare. Di antaranya ia mendirikan hotel bintang 4 Kusuma Agrowisata Hotel and Convention. Dua Presiden yaitu Megawati dan SBY pernah menginap di hotel ini. Ia membuat pabrik minuman sari apel Siplah. Banyak membangun wahana wisata. Membuat perkebunan kopi arabika di Batu. Bahkan bergerak ke bisnis properti seperti real estate.
ADVERTISEMENT
Ia memperkerjakan ratusan orang untuk banyak lapangan kerja. Ia memprioritaskan warga Batu. Ia ingin masyarakat Batu menjadi pelaku geliat perkembangan daerah itu. Jangan sampai termarginalkan. Jangan hanya menjadi penonton pembangunan.
EA tipikal orang yang fokus di bidangnya yaitu bisnis. Sebenarnya dia punya kemampuan dan peluang untuk mendiversifikasi profresinya. Ia pernah diminta menjadi calon wakil Walikota Batu bersama Imam Kabul, tapi dia menolak. Setiap ada pemilihan walikota Batu dia selalu diminta oleh masyarakat, tapi EA selalu menolak dengan alasan bukan bidangnya.
Di samping konsisten mengurus bidangnya,salah satu kesenangannya adalah membimbing mahasiswa, kelompok tani atau siapa pun yang belajar, magang di Kusuma Agrowisata. Bagi EA merupakan kebahagiaan tersendiri bisa membagikan ilmu pengetahuannya kepada orang lain. (ANO)
ADVERTISEMENT