news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Produksi Kakao Defisit, Angka Impor Berpotensi Naik

Konten Media Partner
4 Mei 2018 9:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi Kakao Defisit, Angka Impor Berpotensi Naik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Surabaya (beritajatim.com) - Para penikmat cokelat dalam lima tahun terakhir dan lima tahun ke depan di Indonesia akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Namun sayangnya, bahan baku kakao sebagai bahan dasar cokelat mengalami penurunan yang signifikan. Sehingga kakao di Indonesia berpotensi mengimpor dengan jumlah yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Kepala Sains Technopark Kopi Kakao Jember Pujiyanto mengatakan, berdasarkan data dari pemerintah, produksi kakao di Indonesia mencapai 600.000 ton per tahun.
"Namun data asosiasi kakao hanya sebesar 340.000 ton per tahun. Sementara kebutuhan industri di Indonesia terkait bahan baku kakao cukup tinggi," ujar Pujiyanto, Jumat (4/5).
Untuk sementara, kebutuhan industri pengolahan kakao di Indonesia mencapai lebih dari 600.000 ton. Bahkan pada 2017, naik hingga 800.000 ton, karena di tahun itu ada impor kakao hingga 200.000 ton.
"Angka itu cukup tinggi, karena sebelumnya hanya di kisaran 60.000 ton saja impornya," kata Pujiyanto.
Buah kakao di Dusun Kakao Banyuwangi (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Buah kakao di Dusun Kakao Banyuwangi (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
Dengan jumlah 600.000 ton kakao per tahun, diakui Pujiyanto, tidak semua masuk industri di Indonesia. Tapi juga ada yang diekspor, diantaranya ke Jepang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, prediksi peningkatan konsumsi cokelat di dalam negeri, per tahun akan mengalami peningkatan antara 1,5 hingga 2 persen. Hal itu tak lepas dari peningkatan produk makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku cokelat.
Selama ini, kata Pujiyanto, luas lahan kakao mencapai 1,6 juta hektar di seluruh Indonesia. Karenanya, pemerintah sedang berupaya untuk memperluas lahan tanam khususnya di daerah Sumatera. "Lampung sedang kita promosikan dan daerah lain di Sumatera," lanjut Pujiyanto.
Saat ini masih ada kendala yang menyebabkan produksi kakao menjadi rendah. Di antarannya adalah hama penyakit. Selain itu, kakao dianggap kurang menguntungkan bagi petani.
"Saat ini lebih menguntungkan menanam sawit. Tapi kalau ke depan kakao lebih menguntungkan, maka petani akan beralih ke tanaman tersebut," ungkapnya. [way/suf]
ADVERTISEMENT
Tulisan ini pertama kali terbit di beritajatim.com dengan judul "Tingkat Konsumsi Cokelat Meningkat, Tapi Produksi Kakao..."