Olah Jerami Padi, Kurangi Limbah Pertanian Sekaligus Menambah Pendapatan

Ilustrasi Tumpukan Jerami, Photo by Maxim Fiyavchuk on Unsplash (https://unsplash.com/photos/WBYNydNQgQU?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink)

Indonesia merupakan negara agraris yang mana penduduknya banyak yang bekerja di sektor pertanian. Wilayah daratan di Indonesia pun sebagian juga digunakan sebagai lahan pertanian terutama untuk menanam padi yang nantinya akan digunakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan pangan secara nasional. Pada saat musim panen padi, akan banyak ditemukan jerami padi yang hanya dibiarkan menumpuk di lahan pertanian lalu dibakar karena dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Pemanfaatan limbah pertanian saat ini sebenarnya tidak lebih digunakan sebagai pupuk organik maupun pakan ternak, itu pun dengan jumlah yang sedikit.

Indonesia merupakan negara agraris yang mana penduduknya banyak yang bekerja di sektor pertanian. Wilayah daratan di Indonesia pun sebagian juga digunakan sebagai lahan pertanian terutama untuk menanam padi yang nantinya akan digunakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan pangan secara nasional. Pada saat musim panen padi, akan banyak ditemukan jerami padi yang hanya dibiarkan menumpuk di lahan pertanian lalu dibakar karena dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Pemanfaatan limbah pertanian saat ini sebenarnya tidak lebih digunakan sebagai pupuk organik maupun pakan ternak, itu pun dengan jumlah yang sedikit.

Berdasarkan data dari BPS, pada tahun 2015-2016 terjadi peningkatan produksi padi sebesar 4,97%. Artinya berdasarkan data tersebut, dapat diperkirakan peningkatan produksi jerami padi nasional dapat meningkat sekitar 8-11% setiap tahunnya, dengan begitu limbah pertanian jerami akan bertambah dan memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan.

Sebenarnya, apabila limbah pertanian terutama jerami mendapatkan penanganan yang optimal, tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pada lingkungan sekitarnya. Limbah pertanian tersebut bisa mempunyai nilai tambah tersendiri baik pada lingkungan maupun perekonomian warga sekitarnya apabila telah mendapatkan penanganan yang tepat. Pemanfaatan limbah pertanian yang dilakukan secara optimal bisa membantu dalam menghindari permasalahan baik pada lingkungan maupun sosial.

Limbah pertanian sendiri merupakan suatu bahan sisa baik dari proses produksi pasca panen pertanian maupun sisa industri pengolahan hasil pertanian. Pengertian limbah pertanian pasca panen, merupakan sisa-sisa dari bagian tanaman yang berada di atas tanah setelah tanaman dipanen., sedangkan limbah pertanian sisa industri pengolahan hasil pertanian merupakan sisa-sisa dari proses pengolahan berbagai macam hasil pokok pertanian.

Jerami merupakan salah satu contoh wujud dari limbah pertanian pasca panen yang berupa batang dan daun yang tersisa dari padi, sedangkan buahnya (gabah) sudah diambil terlebih dahulu. Salah satu peneliti bernama Rhofita (2016), menyebutkan bahwa pemanfaatan secara optimal terhadap jerami padi di Indonesia belum dilakukan, baik pemanfaatan jerami sebagai bahan utama maupun sebagai bahan pengganti dalam suatu proses produksi barang. Kurangnya pemanfaatan limbah jerami padi ini pada umumnya didasari karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat dan para petani mengenai bagaimana cara mendaur ulang jerami padi dan produk apa saja yang dapat dihasilkan melalui proses daur ulang tersebut.

Tidak banyak masyarakat terutama para petani mengetahui bahwa limbah jerami padi ini dapat diolah kembali menjadi barang yang dapat digunakan dan bernilai ekonomis tinggi. Peluang ini juga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat yang dapat mengolahnya, terutama jika para petani dapat mendaur ulang jerami padi ini maka akan menambah pendapatan.

Contoh produk hasil dari pemanfaatan limbah jerami padi yang dapat diperjual-belikan adalah meja dan kursi yang kemudian dipoles dan dilapisi dengan cat sehingga meja dan kursi menjadi berwarna-warni dan dapat digunakan sebagai dekorasi ruang. Umumnya harga meja dan kursi dari jerami padi ini dapat dibandrol dengan harga mulai dari Rp 150.000,00 sampai Rp 450.000,00.

Jessica dan Berliana, Mahasiswa Agribisnis UB