Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Apakah Fashion Menjadi Acuan untuk Menilai Pribadi Seseorang?
26 Desember 2022 15:43 WIB
Tulisan dari Berliana Endah Kartika Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa didasarkan pada selera seseorang. Secara umum, preferensi atau selera konsumen berubah sepanjang waktu. Karena selera mencakup berbagai faktor, termasuk persepsi konsumen terhadap pembelian, nilai guna produk, umur panjangnya, bentuk setiap produk, dan tampilan desain produk, secara teoritis juga berdampak pada pembelian suatu barang. Selain itu, selera secara sederhana dapat dilihat sebagai keputusan total yang dibuat oleh orang budaya tertentu, menurut Bourdieu (2020). Selera adalah hasil interaksi antara selera konsumen dan pandangan yang diobjektivasi. Berbicara tentang selera, maka hal tersebut tentunya tidak akan pernah bisa dipisahkan dari apa yang disebut produk yang ditawarkan kepada konsumen atau seseorang. Tidak terkecuali produk – produk fashion.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari fakta bahwa berbusana atau gaya fashion sangat berhubungan dengan selera atau pandangan seseorang, maka secara tidak langsung peneliti berpendapat bahwa bagaimana seseorang berbusana akan menunjukkan jati dirinya. Terlebih lagi di era digital seperti saat ini, dimana seseorang dapat mendapatkan informasi terkait tren di masyarakat secara umum. Dalam tulisan ini, penulis ingin menjabarkan secara singkat bagaimana selera dalam berbusana akan menjadi media untuk melihat jati diri seseorang.
PEMBAHASAN
Setiap orang akan selalu memperhatikan cara berpakaiannya karena dapat memberikan kesan yang berbeda pada orang lain tentang dirinya. Di masa lalu, pakaian adalah kebutuhan, tetapi seiring dengan perkembangan masyarakat, pakaian tidak hanya melayani kebutuhan tetapi juga keinginan untuk memuaskan selera pemakainya. Apa yang dikenakan seseorang mengungkapkan jati diri mereka. Di negara yang heterogen seperti Indonesia, asal usul, kesukaan, dan bidang pekerjaan seseorang dapat dilihat dari pakaiannya. Evolusi mode telah menjadikan pakaian sebagai komponen penting dalam menentukan gaya saat ini. Dalam bukunya Budaya Populer Sebagai Komunikasi, Ibrahim dan Subandi (2007) membagi masyarakat ke dalam tahapan tradisional, kontemporer, dan postmodern untuk mendefinisikan fashion sebagai konstruksi identitas. P Karena aturan kemewahan yang relatif mapan, pakaian dalam konteks ini mengungkapkan bagaimana penampilan seseorang menunjukkan kelas sosial, pekerjaan, dan posisinya pada tahap pertama masyarakat tradisional (pra-modern). Kedua, dalam masyarakat saat ini, sekarang ada lebih banyak pilihan untuk menciptakan rasa identitas sendiri berkat standar mode yang tidak terlalu kaku. Individu dapat menciptakan identitas mereka sendiri sampai batas tertentu dalam masyarakat modern, yang menunjukkan apa yang kita sebut sebagai krisis identitas. Karena identitas seseorang dalam budaya saat ini sangat dipengaruhi oleh pilihan pakaiannya, hal ini sangat memengaruhi cara masyarakat memandang pengguna mode tertentu. Fashion dianggap oleh modernitas sebagai kualitas penting yang terus berinovasi dengan membuang yang lama dan menggantinya dengan yang baru. Fashion dan modernitas berjalan seiring untuk menciptakan manusia modern yang selalu mencari jati diri melalui penampilan, pakaian, sikap, dan tren kontemporer sebagai tanda kemajuan dan membuat orang merasa tidak nyaman jika tidak mampu mengikuti mobilitas masyarakat.
ADVERTISEMENT
Identitas dipandang oleh postmodernis sebagai sesuatu yang tidak stabil, tidak lebih dari sebuah ilusi. Kecenderungan ingin memperoleh sesuatu merupakan cerminan dari matinya individualitas dalam masyarakat saat ini, yang juga memandang fashion tidak lebih dari hobi konsumen. Fenomena ini digambarkan tidak lebih dari rasa identifikasi, gejala yang dimiliki bukan karena pilihan sadar, melainkan karena seseorang dampak tren di masyarakat. Fashion telah berkembang menjadi komoditas, cara untuk memanjakan diri dengan barang-barang konsumsi dan menenangkan pikiran.
Lebih jauh, menurut Barnard (2007), seseorang dapat menyampaikan informasi kepada orang lain melalui pakaiannya tanpa menggunakan kata-kata. Di sini, juga dimungkinkan untuk menegaskan bahwa seseorang berusaha mengekspresikan dirinya melalui pilihan pakaian dan modenya. Pada umumnya, orang memilih pakaian berdasarkan apa yang ingin dilakukan hari itu, bagaimana perasaan mereka, siapa yang akan mereka temui, dan faktor lain yang bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang diri mereka kepada orang lain menurut Barnard. Menurut Berger (2010), orang juga mengekspresikan identitas dirinya melalui hal-hal yang mereka lakukan, katakan, kenakan, tata rambut, makan, dan berinteraksi dengan lingkungannya di rumah dan saat bepergian. Berger menekankan bahwa ini adalah komponen kode sosial.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, seseorang dapat mencaritahu tren di masyarakat dengan sangat mudah melalui sosial media. Berbicara tentang tren fashion, umumnya para artis ataupun selebriti sosial media menjadi acuan tren. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari fakta bahwa selebriti memberikan pengaruh kepada penggemarnya. Para penggemar akan memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat menyamakan gaya berbusana idolanya. Lebih jauh, para selebriti ataupun artis ini seringkali memasarkan produk – produk yang mereka gunakan dalam bentuk kerja sama mereka dengan produsen produk yang mereka gunakan. Tidak terkecuali produk fashion. Salah satu contoh fenomena yang paling fresh saat ini adalah konsep “keranjang kuning” yang digunakan sosial media TikTok. Konsep dagang yang digunakan TikTok ini tentu saja merupakan bentuk inovasi yang dapat dikatakan cukup unik. Dimana para pengguna sosial media yang melakukan penelurusan di sosial media dapat membeli produk secara langsung apabila produk yang diiklankan oleh para selebriti TikTok ini menarik minat mereka dan sesuai dengan selera fashion mereka.
ADVERTISEMENT
KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh penjabaran di atas, dapat disimpulkan apabila kita berbicara tentang selera fashion masyarakat saat ini, hal tersebut tidak akan bisa dipisahkan dari perspektif pribadi. Selain itu, terdapat pula faktor – faktor lain yang mempengaruhi selera ini. Diantaramya adalah perkembangan zaman, lingkungan tempat tinggal, budaya masyarakat sekitar, tren di masyarakat, bahkan stimulasi yang mereka dapatkan dari para selebriti atau artis idola mereka. Disamping itu, kedudukan sosial dan selera gaya seseorang saling terkait, dan akibatnya, ketika status sosial seseorang berubah, selera gayanya juga berubah. Sebagai contoh, seseorang yang berada pada strata sosial menengah ke atas akan memiliki selera fashion yang berbeda dengan seseorang yang berada pada sastra sosial menengah ke bawah
ADVERTISEMENT
.